Você está na página 1de 12

Abortus Imminens pada Perempuan Berusia 20 Tahun

Abednego Tri Novrianto


102013320 / B1
Mahasiswa Kedokteran
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
abednegonovrianto@yahoo.com
Pendahuluan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya.1 Bayi mungkin baru dapat hidup di dunia luar bila berat
badannya telah mencapai lebih 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Abortus
dapat terjadi tanpa tindakan (abortus spontan) dapat juga karena disengaja dengan tujuan dan
alasan tertentu. Tanda-tanda yang dapat muncul dari abortus antara lain keluarnya darah dari
vagina. Untuk mengetahui secara pasti penyebab abortus dan tipe-tipe abortus maka
diperlukan pemeriksaan yang sistematik mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

Anamnesis
Anamnesis adalah sebuah bentuk komunikasi atau wawancara di mana dokter
berusaha memperoleh berbagai informasi menyangkut keluhan dan penyakit pasien. Dokter
akan menanyakan tentang apa yang dirasakan pasien, bagaimana kualitas keluhan yang
dirasakan, sudah berapa lama keluhan terjadi, dan sebagainya.2
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam tindakan anamnesis pada kasus abortus antara
lain :
1. Menanyakan Identitas (nama, umur, status perkawinan, pekerjaan, alamat, dan tanggal
masuk RS sebelumnya)
2. Menanyakan Keluhan Utama
3. Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang
a. Sejak kapan?
b. Apakah ada darah yang keluar? Warna?
c. Apakah ada jaringan yang keluar bersama dengan darah?
4. Menanyakan Keluhan tambahan :
1

a. Apakah mengalami mual, muntah dan demam?


b. Riwayat Perkawinan
c. Riwayat Haid (apakah nyeri), hari pertama haid terakhir
d. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga (yang berkaitan dengan masalah kehamilan)
e. Kebiasaan (merokok, obat dan jamu, hewan peliharaan)
f. Riwayat Persalinan
g. Menentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid dan buat taksiran persalinan.
5. Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
a. Apakah ada riwayat pemakaian kontrasepsi?
b. Apakah pasien mengidap penyakit Diabetes Melitus?
c. Apakah pasien mengidap penyakit hipertensi Kronis?
d. Apakah pasien mengalami asma?
e. Apakah pasien mengalami penyakit pada tiroid?
f. Bagaimana dengan riwayat BAB dan BAK dari pasien?
6. Riwayat Penyakit Keluarga.
Dari hasil anamnesis didapatkan darah keluar dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu,
diawali dengan nyeri perut bagian bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri yang dirasakan hilang
timbul, semakin sering dan semakin sakit. Darah yang keluar berwarna merah segar. Tidak
ada darah yang keluar dan tidak ada jaringan yang keluar bersama darah. Tidak ada riwayat
trauma pada pasien. Hari pertama haid terakhir pada tanggal 21 Maret 2016. Tidak ada mual,
muntah dan penurunan kesadaran.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum dan
kesadaran pasien, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan dari kepala hingga kaki (head to toe).
Pemeriksaan perut
Pemeriksaan perut sangat penting pada setiap penderita ginekologik, tidak boleh
diabaikan dan harus lengkap, apapun keluhan penderita. Penderita harus tidur telentang
secara santai.3
Inspeksi
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernafasan, kondisi
kulit, parut operasi dan lain sebagainya.
Palpasi

Sebelum pemeriksaan dilakukan, kandung kencing dan rectum harus dalam keadaan
kosong. Kadung kencing yang penuh akan teraba sebagai kista dan rectum yang penuh akan
menyulitkan pemeriksaaan. Perabaan dilakukan perlahan-lahan dengan seluruh telapak
tangan jari-jari. Palpasi dilakukan mulai dengan penekanan ringan hingga penekanan yang
dalam. Dari pemeriksaan palpasi dicari bagian mana yang nyeri dan terdapat benjolan.
Perkusi
Dengan pemeriksaan perkusi dapat di tentukan apakah pembesaran disebabkan oleh
tumor atau oleh cairan bebas.
Pada tumor, ketokan perut pekak terdapat dibagian yang paling menonjol ke depan
apabila penderita tidur telentang; dan apabila tumornya tidak terlampau besar maka,
terdengar suara timpani di sisi perut, kanan dan kiri karena usus-usus terdorong ke samping.
Daerah pekak ini tidak akan berpindah tempat apabila pasien dimiringkan ke kanan atau ke
kiri.
Lain halnya dengan cairan bebas. Cairan akan mengumpul di bagian paling rendah,
yaitu di dasar dan di sampinng, sedang usus-usus mengambang di atasnya. Apabila pasien
berbaring telentang, maka suara timpani di bagian atas perut akan melengkung ke ventral,
dan sisi kanan dan kiri pekak. Keadaan ini akan berubah jika pasien berbaring miring.
Auskutasi
Pada pemeriksaan auskultasi akan terdengar detak jantung dan pergerakan bayi pada
kehamilan yang cukup tua, sedang bising uterus akan terdengar pada uterus gravidus dan
pada mioma uteri yang besar.

Pemeriksaan Ginekologik
Pemeriksaan genitalia eksterna
Dalam posisi litotomi genitalia eksterna akan tampak jelas. Dengan ispeksi perlu
diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia eksterna,
3

perineum, anus, dan sekitarnya; dan apakah ada darah atau fluor albus. Apakah hymen masih
utuh dan klitoris normal? Pertumbuhan rambut pubis perlu diperhatikan.
Pemeriksaan dengan speculum
Dengan menggunakan speculum diperiksa dinding vagina (ruggae vaginales,
karsinoma, fluor albus) dan porsio vaginalis servisi uteri (bulat, terbelah, melintang, mudah
berdarah, erosion, peradangan, polip, tumor atau ulkus, terutama pada karsinoma). Selain itu
dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap, seperti usap vagina dan usap serviks untuk
pemeriksaan sitology, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan gonorea dan getah dari
forniks posterior untuk pemeriksaan trikomoniasis dan kandidiasis.
Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari
atau satu jari dimasukkan ke dalam vagina, atau satu jari kedalam rectum, sedang tangan
yang lain diletakkan di dinding perut. Dalam pemeriksaan bimanual dilakukan pemeriksaan
pada vulva, perineum, forniks uteri,serviks dan uterus.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien tampak sakit sedang
dengan kesadaran kompis mentis. Tekanan darah pasien 100/60 mmHg, perafasan 16 kali
permenit, nadi 86 kali permenit dengan suhu 37oC. konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Dari pemeriksaan abdomen didapatkan hasil abdomen rata, tidak ada bekas operasi,
terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah. Dari pemeriksaan ginekologi didapatkan hasil
genita luar dalam batas normal, ukuran serviks 1 jari sempit, tidak ada nyeri goyang serviks,
korpus uteri kecil, tidak ada massa benjolan pada uterus, terdapat nyeri tekan pada supra
pubik dan didapati darah pada jari pemeriksa.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan Darah Tepi
4

Pada pemeriksaan darah tepi, yang paling penting pada pemeriksaan ini adalah
mengetahui kadar Hb dan Hematokrit. Karena terjadi perdarahan, dapat juga
dilakukan pemeriksaan waktu pembekuan, waktu perdarahan(BT), dan trombosit.
b. Human Chorionik Gonadotropin (HCG)
-HCG diproduksi oleh sinsitiotrofoblas selama kehamilan, juga dibuat oleh jaringan
trofoblastik jenis lain, termasuk yang berasal dari chorioadenoma destruens,
choriocarcinoma, dan mola hidatidosa. Titer normal HCG adalah 20-30 mIU/ml. Pada
penyakit mola hidatidosa dapat meningkat sampai >100.000 IU/ pada urin 24 jam atau
sekitar >40.000 mIU/ml.
c. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG trimester pertama ditujukan untuk menentukan lokasi kehamilan,
usia gestasi, jumlah janin, penapisan cacat bawaan pertama, kelainan yang mungkin
terjadi pada trimester pertama, dan patologi pelvik. Pemeriksaan USG transvaginal
merupakan pilihan pertama pada pemeriksaan USG trimester pertama. Pemeriksaan
sonografis pada embrio usia 7 minggu yaitu embrio tampak terpisah dari Yolk sac dan
dihubungkan melalui ductus vitellinus, berbentuk seperti huruf C denganb agian
kepala tampak dominan. Pada saat ini dapat dilihat tonjolan bakal ekstremitas pada
sisi lateral tubuh janin. CRL (Crown rump length) panjangnya sekitar 11-16 mm. Pada
CRL 12 mm sudah dapat dibedakan struktur kepala dari bagian tubuh janin. Didaerah
oksipital tampak struktur kistik yang disebut rhombensefalon. Vertebra juga mulai
dapat dikenali sebagai dua garis echogenic yang berjalan sejajar dengan punggung
janin. Selaput dan rongga amnion sudah tampakm umbilikus juga dapat dikenali. Pada
mola hidatidosa akan terlihat gambaran seperti badai salju dan tidak terlihat janin
(snow flake pattern)4
d. Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
Diagnosis kerja
Abortus imminens
Abortus imminens termasuk dalam kategori abortus spontan. Abortus spontan adalah
abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) unutk mengakhiri
5

kehamilan tersebut.5 Abortus imminens adalah tipe abortus yang baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tutup, uterus sesuai dengan umur
kelahiran.1 Pada abortus imminens terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan.5 Didiagnosis sebagai abortus imminens jika
seseorang wanita hamil <20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Perdarahan
dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai dengan nyeri perut
bagian bawah dan nyeri punggung bagian bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari
abortus imminens akan berlanjut menjadi abortus inkomplet atau komplet, sedangkan sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Beberapa kepustakaan menyebutkan adanya resiko untuk
terjadinya prematuritas atau ganggunan pertumbuhan dalam rahim.

Diagnosis banding
Abortus insipiens1
Pada abortus insipens terjadi perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda
di mana hasil konsepsi masih berada di dalam kavum uteri.5 Kondisi ini menunjukkan proses
abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus komplet atau inkomplet
(tidak dapat dicegah). Pada abortus insipiens didapati ostium uteri terbuka, dan teraba
ketuban.1 Abortus insipiens didiagnosis apabila wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,
kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat
dan ditemukan adanya dilatasi seviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
teraba. Perdarahan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan jaringan yang tertinggal
dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah
mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini adalah kontraindikasi.

Abortus inkomplet
Abortus inkomplet didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan
biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Seviks tetap terbuka karena
masih ada benda dalam rahim yang dianggap benda asing. Oleh karena itu, uterus akan
6

berusaha untuk mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan


nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Pada beberapa kasus perdarahan tidak
banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali.

Abortus komplet
Kalau telur lahir dengan lengkap maka abortus disebut abortus komplet. Pada keadaan
ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada setiap abortus penting untuk selalu memeriksa
jaringan yang dilahirkan apakah komplet atau tidak dan untuk membedakan dengan
kelaninan trofoblas (mola hidantidosa).
Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurng setelah isi rahim dikeluarkan
dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa
ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga segera menutup
kembali. Jika 10 hari setelah abortus kompletus masih ada perdarahan juga, abortus
inkmpletus atau endometritis pascaabortus harus dipikirkan.

Kehamilan ektopik/ kehamilan ektopik terganggu


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di
luar endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam
cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim. Kehamilan ektopik merupakan
kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk
tumbuh kembang mencapai aterm.6 Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture
apabila massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Masalah yang kerap timbul adalah adanya
perdarahan pada kehamilan muda disertai syok dan anemia yang tidak sebanding dengan
darah yang keluar.7

Mola hidantidosa
Kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik.11 Molahidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblas gestasional /
Gestational Thropoblatic Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit yang ditandai dengan
proliferasi abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi keganasan.Spektrum
keganasan dari GTD adalah dalam bentuk koriokarsinoma.Molahidatidosa adalah neoplasma
jinak dari sel trofoblas.Pada molahidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna, melainkan berkembang menjadi patologik. Terapi yang optimal pada kelompok
penyakit ini terletak pada diagnosis yang benar, menilai risiko keganasan, menggunakan
sistem penilaian prognostik dan pemberian pengobatan yang tepat.Molahidatidosa diterapi
dengan evakuasi mola atau histerektomi,sedangkanpengobatan pilihan untuk penyakit
trofoblas ganas (PTG) adalah kemoterapi. Dengan pengobatan yang tepat, angka kesembuhan
mendekati 100% pada kelompok dengan resiko rendah, dan 80% sampai 85% pada kelompok
dengan resiko tinggi.3,6

Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. Namun,
frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang
tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan hanya
disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya
dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada
usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom.6
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan 5060% dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom, abortus spontan
juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein selama
kehamilan.
Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat,
penyebabnya antara lain:6
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom
seks.
8

b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua,
dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium
polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus, disebut teratogen.

2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis
umum,

dan

penyakit

menahun

seperti

brusellosis,

mononukleosis

infeksiosa,

toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri/ kelainan bawaan
uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang
memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
5. Malnutrition, Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan.
6. Toxic Factors, misalnya radiasi, obat-obatan anti-kanker, gas anastesi, alcohol, nikotin,
adalah zat-zat embryotoxic. Sehingga jika dipakai pada wanita hamil dapat
mengakibatkan kelainan pada janin bahkan dapat menimbulkan abortus spontan.
7. Trauma, dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung
seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma tidak langsung seperti oprasi
pemindahan corpus luteum kehamilan di ovarium, mungkin dapat menyebabkan abortus
Patofisiologi
Perdarahan pada desidua basalis diikuti dengan nekrosis dan jaringan sekitarnya
biasanya menyertai abortus. Hal ini menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya dan menyebabkan uterus berkontrasi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu, villi korialis menembus desidua secara dalam. Jadi hasil konsepsi
9

dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dulu dari plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi.8 Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan
melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif
Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya
dating jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi korialis
kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules.6,9

Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari abortus imminens adalah :
1 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2 Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih berada
3
4
5

dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks


Perdarahan melalui ostium eksternum
Serviks belum membuka, tes kehamilan positif
Sakit dan nyeri diperut bawah

Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminen terdiri atas :
1. Istirahat berbaring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
bertambahnya rangsang mekanik.
2. Pemberian hormon progesterone pada abortus imminens masih menjadi
perdebatan. Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan
didapatkan adanya kekurangan hormon progesterone.
10

3. Pemeriksaan ultrasonografi penting untuk mengetahui apakah janin masih hidup


atau tidak.
4. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal
trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki fl ora abnormal
vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin dan
tiga dari tujuh wanita tersebut mengalami perbaikan, tidak

mengalami nyeri

abdomen dan perdarahan aginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik


dapat digunakan sebagai terapi dan tidak manimbulkan anomali bayi.10

Prognosis
Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan berlangsung lama, mulesmules yang disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang buruk.

Pencegahan
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan
dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan
ternyata hal tersebut tidak terbukti.10
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap
pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan
mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir dan/atau
ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa
ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.Pada suatu penelitian
menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak
meningkatkan

risiko komplikasi kehamilan namun hanya

menurunkan

kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor


yang dapat didentifi kasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling
dan anamnesis. Ibu hamil yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali
lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.10
Kesimpulan
11

Abortus imminens sering terjadi dan

merupakan beban emosional yang serius,

meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah,
kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini, namun tidak ditemukan
kenaikan risiko bayi lahir

cacat. Dengan penanganan yang tepat maka janin dapat

diselamatkan, namun jika keadaannya tidak memungkinkan maka menyelamatkan ibu adalah
hal yang diutamakan.
Daftar Pustaka
1. Sastrawinata S, dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Ed. 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
2. Mochtar I. Dokter Juga Manusia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2009.
3. Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.
4. Endjun JJ. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI. 2007. H 70-8.
5. Saifuddin BA. Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
6. perkumpulan obstetric dan ginekologi Indonesia. Standar Pelayanan Medik Obstetri
dan Ginekologi. Jakarta ; 2006.
7. Wiknjosastro H. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo ; 2010.
8. Prawirohardjo, S. Kelainan dalam lamanya kehamilan. Ilmu Kebidanan. Jakarta.2007.
9. Sucipto, N. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan
Penatalaksanaan. CDK-206/ vol. 40 no. 7. 2013.hal 492-496.
10. Evans, Artur T. Pregnancy Loss and Spontaneous Abortion. In Manual of Obstetrics
7th Ed . Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

12

Você também pode gostar