Você está na página 1de 17

Daimul

Ahkam/Asasut
Tasyri
KELOMPOK 2
Pengertian Daimul Ahkam/Asasut
Tasyri
 Adalah pemikiran-pemikiran dasar yang melatar belakangi penetapan hukum,
sehingga hukum itu menjadi universal, eternal dan kosmopolit

 Hukum islam itu bergerak universal, eksternal dan kosmopolit (Mukhlis, Kuliah
2001),

o Universal berarti bisa diterima semua, tanpa batas suku bangsa atau kabilah.

o Eternal.berarti tanpa batas waktu, berlaku sepanjang masa.

o Kosmopolit berarti tanpa batas wilayah.

o Keuniversalan, keeternalan dan kekosmopolitan hukum islam menyangkut


proses penetapannya )‫ )حكمة التشريع‬dan materinya (‫حكمة الشرعي‬
Adamaul Haraj/ Nafyul Haraj
(Meniadakan kesempitan dan kesukaran/
menafikkan kepicikan)
 Pada dasarnya manusia tidak suka akan pembebanan,baik secara
fisik maupun secara mental. Apalagi dengan pembebanan hukum
islam yang berat, secara otomatis manusia akan menolaknya.
Keadaan ini sangat benar diperhatikan oleh pengatur hukum islam.
Karenanya segala taklif islam berada dalam batas-batas kemampuan
para mukallaf
Landasan prinsip
 Sebenarnya allah telah mengisyaratkan akan tabi’at manusia ini
dalam al qur’an surat al-baqarah: 286 yang artinya:

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuia dengan


kesangupannya.”

 Oleh karena itulah allah menetapkan hukum islam sesuai dengan


kadar kemampuan seseorang. Bahkan lebih jauh, jika ada yang
tidak sanggup dengan hukum yang telah di tetapkan itu, allah
juga memberikan kelonggaran/ kemudahan (dispensi) dalam
keadaan tertentu.
Contoh Adamul Haraj

 Orang yang sedang bepergian,sakit, dalam keadaan hamil,


atau menyusui, boleh tidak berpuasa. Hal ini berdasarkan
firman allah dalam qs al-baqarah: ayang artinya: Bagi
siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka) maka (wajiblah ia berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkanya.
Taqlilut Takalif (Mempersedikit
beban)
 Prinsip ini mensyariatkan bahwa pembebanan syariat atas
manusia itu memang ada. Akan tetapi, syariat yang
diturunkan atau dibebankan itu diterima apa adanya tanpa
mempermasalah dan mempertanyakannya yang dapat
menimbulkan kesukaran dan pemberatan atas pundak
mukallaf terhadap kewajiban agama yang diembannya
Landasan prinsip

 dalam Qs. Al-Maidah ayat 101

 Artinya : Wahai orang-orang yang beriman!. Janganlah kamu


menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu (justru) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya
ketika Al-Qur’an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan
kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Dan
Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun (Qs. Al-Maidah : 101).
Contoh Taqlilut Takalif

 Larangan bertanya tentang sesuatu jika diterangkan akan


menimbulkan hukum baru yang dapat membebankan manusia,
seperti : kisah penyembelihan sapi pada masa nabi Musa,karena
kaumnya banyak yang tanya sehingga timbullah kriteria sapi yang
akan disembelihnya (tidak tua dan tidak muda, tetapi pertengahan
antara keduanya, berwarna kuning tua, belum pernah dibuat
membajak, dan lain-lain)
At-Tadrij Fit Tasyri (Bertahap dalam
menetapkan hukum)
 Al-quran di turunkan secara berangsur-angsur, bukan sekaligus. Sebab
mengigat potensi manusia yang sangat terbagtas. Sehingga ketika ada ayat
yang telah di turunkan kemudian di pahami, barulah ayat yang lain di
rutunkan.

 Berkaitan erat dengan hukum islam, ayat-ayat Al-Qur’an yang


mengandung hukum tafklif pun diturunkan secara bertahap. Hal ini terjadi
atas suatu pertimbangan dan kebiasaaan manusia yang telah mendarah
daging dalam kehidupan dan sangat susah untuk di hilangkan
Contoh At-Tadrij fi Tasyri

 Sebagai contoh adalaah di tetapkannya hukum keharaman meminum


khamar sampai tiga tahap, yaitu :

 Tahap pertama, di turunkanya Qs. Al-Baqoroh 219. Ayat ini tidak secara
langsungmenyatakan keharaman khamer, dan tidak pula mengaruskan
unuk meninggalkannya, melainkan hanya mengabarkan bahwa ketika
meminum khamer sedikait manfaat dan banyaknya mudhorotnya, yang
pada hakikatnya perbuatan ini adalah perbuatan yang haram.
 Tahap kedua, di turunkanya Qs. An-Nisa’ 43. Dalam hal ini Allah
melarang orang untuk mendirikan sholat dalam keadaan tidak sadar (
mabuk ). Pada ayat ini belum mengharamkannya secara total akan tetapi
hanya mengingatkan dengan sholat.

 Tahap ketiga, diturunkanya Qs. Al- Maidah 90. Pada tahap yang terakhir
ini secara jelas menjelaskan bahwa khamer itu haram. Yang diturunkan
ketika orang-orangArab pada waktu itu telah siap mental untuk menerima
ketetapan hukum khamer tersebut.
Mashalihul Lil Ammah (seiring
degan Kemaslahatan Umat)
 Mashalihul lil Ammah adalah penetapan hukum Islam atas manusia
senantiasa memperhatikan kemaslahatan manusia. Hal ini terjadi
sesuai dengan situasi dan kondisi susatu masyarakat. Oleh karena
itu, hukum yang ditetapkan akan dapat diterima dengan lapang dada,
dikarekan kesesuaian akal dengan kenyataan yang ada. Yakni sejalan
dengan kemaslahatan hukum. Pembentukan dan pembinaan hukum
Islam ada yang dinasakh.
Landasan Prinsip

 Surah Al-Baqarah: 106

 Artinya: ayat mana saja yang kami nasakhkan atau kami hilangkan
dari ingatan, pasti kami ganti dngan yang lebih baik atau yang
sebanding dengannya. Tidakkkah kamu tahu bahwa Allah Maha
Kuasa Atas segala suatu ?
Contoh

 ketika perpindahan kiblat di baitul maqdis, selama kurang lebih


16 tahun, lalu berpindah ke Baitullah makkah al-Mukarromah
(supaya kita tidak terkesan ikut Yahudi)

 Imam Syafi’I merubah sebagian hukum yang ditetapkannya


berbeda antara yang di Iraq dengan Mesir, para murid beliau
menjadikan dua mazdhab yaitu mazhab qaul qadim dengan
mazdhab qaul jadid
Tahqiaul Adalah (Menciptakan/
mewujudkan keadilan)
 Manusia menurut pandangan islam adalah sama baik di hadapan
Allah maupun di hadapan hukum tanpa ada melihat kepada tinggi
rendahnya suatu jabatan seseorang tua maupun muda, melainkan
seoptimal mungkin dan semaksimal apa yang telah ia perbuat
dengan hukum Allah itu sampai mendapat predikat takwa. Tak ada di
dalam Hukum islam penguasa yang bebas dari jeratan undang-
undang, apabila mereka berbuat zalim. Semua manusia di hadapan
Allah Hakim yang Maha Adil adalah sama keadaanya.
Landasan

 QS. Al-Maidah ayat 8, yang artinya :


 “Dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kamu
untuk berbuat tidak adil. Berlaku adillah, karena berlaku adil itu
lebih dekat kepada taqwa.”
 Dan juga firman Allah dalam QS.An-Nisa’ ayat 135, yang artinya :
 ”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kerabatm. Jika ia kaya
atau miskin,maka Allah lebih mengetahui kemaslahatannya.”
Terimakasih

Você também pode gostar