Você está na página 1de 4

Ikan manyung (Arius thalassinus)

Menurut Dirjen Perikanan (1990), taksonomi ikan Manyung (Arius thalassinus) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysis
Famili : Ariidae
Genus : Arius
Spesies : Arius thalassinus (Saanin, 1968)

Gambar 2. Karakteristik Ikan Manyung (Ujay,2001)


Ikan Manyung (Arius thalassinus) hidup di perairan estuari dan laut. Kebanyakan ikan ini
hidup di dua habitat, yaitu mula-mula dari air tawar lalu beruaya ke perairan estuari untuk
memijah. Ruaya ikan manyung ini sampai ke laut lepas. Ikan manyung dapat dikelompokkan
sebagai ikan demersal besar. Bentuk badan memanjang, kepala picak (gepeng), bersungut tiga
pasang (dua pasang pada rahang bawah dan satu pasang pada rahang atas). Perisai kepala beralur
dan berbintik. Hal ini sesuai dengan pendapat Djuhanda (1981) yang menyatakan bahwa
Arius thalassinus tergolong pada famili Ariidae, mempunyai duri pada sirip dada dan sirip
punggung depan. Sirip punggung belakang bentuknya kecil dan tidak berjari sirip yang
dinamakan sirip lemak. Sungut ada tiga pasang yaitu dua pasang pada rahang bawah dan satu
pasang pada rahang atas serta langit-langit bergigi, dan pemakan udang, moluska serta ikan kecil
lainnya. Menurut Suharna (2006) ciri khusus dari ikan Manyung (Arius thalassinus) ini adalah
adanya adipose fin, yaitu sirip tambahan berupa lemak yang terletak dibelakang sirip dorsal dan
tidak berhubungan. Sirip punggung, dada, dan dubur masing-masing berjari keras satu dan
mengandung bisa. Sirip lengkap yaitu sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal. Mulut
tidak dapat disembulkan dengan posisi mulut terminal. Linea lateralis lengkap berada di
permukaan kulit, karena tidak mempunyai sisik dan berada di atas sirip pektoral. Warna merah
sawo keabuan bagian atas, putih merah maya-maya bagian bawah. Sirip-siripnya (punggung,
dubur) ujungnya gelap. Jenis ikan ini dapat berukuran besar. Umumnya tertangkap pada ukuran
250-700 mm dan dapat mancapai panjang 1500 mm. Berat ikan Manyung (Arius
thalassinus) berkisar antara 190-4500 gram pada panjang 195-580 mm, dan 553-5000 gram pada
panjang 280-600 mm.
Menurut Kailola (1980) dalam Moosa (1987), suku Ariidae hidup di ketiga wilayah
tropis dunia, yaitu Atlantik tengah, Laut Merah, dan Samudera Hindia hingga ke Indonesia,
Filipina, Taiwan, Papua Nugini dan Australia Utara. Pusat penyebaran utama suku Ariidae ini
berada di bagian Utara Amerika, Selatan India, Indonesia, dan Papua Nugini. Penyebaran ikan
Manyung di Indonesia meliputi perairan laut barat Sumatera Selatan, Jawa, Selat Malaka, Timur
Sumatera, Utara Jawa, Bali-Nusa Tenggara Timur, Selatan dan Barat Kalimantan, Selatan
Sulawesi, Utara sulawesi, Maluku dan Irian. Menurut Suhendra (1991), ikan Manyung di
Indonesia ini banyak ditemukan hampir di seluruh perairan pantai Indonesia terutama pada
pantai yang ada muara sungainya (estuari), yaitu pada dasar perairan muara sungai menuju laut
pada kedalaman 20-100 m.

Menurut Burhanuddin et.al,(1987) manfaat yang paling besar dari ikan manyung ini
adalah sebagai ikan konsumsi, bahan pangan serta bahan campuran untuk produk makanan
lainnya. Kandungan protein yang tinggi dalam ikan manyung ini, memberikan manfaat yang
paling besar bagi manusia untuk kesehatan dan mencegah dari penyakit seperti: jantung, stroke,
dan kolesterol. Minyak dalam ikan ini merupakan lemak yang berkolesterol rendah, sehingga
jika mengkonsumsi ikan ini dalam jumlah banyak tidak akan menyebabkan kelebihan kolesterol.
Dalam bidang olahraga maupun rekreasi, ikan ini dapat dijadikan sebagai sport fishing, rekreasi
bagi orang yang memiliki hobi memancing. Ikan manyung ini hidup didasar perairan (ikan
demersal) yang dapat dimanfaatkan sebagai ikan tangkapan dengan menggunakan alat tangkap
seperti: jaring, pancing, rawe, pukat, gillnet, bagan, dan serok. Dalam bidang ekonomi maupun
bisnis, ikan ini merupakan ikan ekonomis penting sebagai ikan konsumsi yang dapat dijadikan
sebagai bahan penghasil uang dengan memperdagangkannya dalam bentuk segar (dibekukan)
maupun dalam bentuk ikan asin disebut dengan ”jambal roti” yang harganya sangat mahal.
Ikan Japuh ( Dussumieria acuta)

Menurut Kuiter (1992) klasifikasi ikan Japuh sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Super Class : Pisces
Class : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Clupeidae
Genus : Dussumieria
Spesies : Dussumieria acuta

Gambar 3. Karakteristik ikan japuh (sumber; Direktorat Pengelolahan Sumber daya ikan)

Ikan Japuh (Dussumieria acuta), panjang tubuhnya hanya dapat sampai 17 cm.
Permulaan sirip punngung lebih dekat ke sirip ekor dari pada ke ujung moncongnya. Jari-jari
sirip lunak dubur ada 15-17. Jumlah sisik-sisik gurat sisi ada 40-42 keping. Hal ini sesuai dengan
pendapat Setyohadi (2012) yang menyatakan bahwa karakteristik ikan Japuh badan memanjang
berbentuk cerutu, akan tetapi secara melintang agak pipih sedangkan bagian perut membulat
panjang tubuhnya hanya sampai pada panjang 17 cm, sirip punggung lebih dekat dengan sirip
ekor dari ujung moncongnya. Sirip punggung dan sirip perut lebih dekat dengan ekor
dibandingkan kepala. Terdapat scute antara sirip perut dan dubur. Pada ikan yang lebih muda,
terdapat garis keemasan pada sisi badan (warna tersebut semakin samar pada ikan dewasa).
Warna punggung hijau kebiruan, sedangkan perut berwarna keperakan. Jenis yang terdapat di
Indonesia adalah Dussumieria acuta dan D. elopsoides. Nama lokal di Indonesia adalah
Tembang Jawa, Janggul, Tamban Bulat, Tamban Buluh, Tamban Bines, Tembang Bines. Habitat
ikan japuh termasuk ikan pelagis dengan penyebaran di sekitar Perairan Pantai. Sumatera, Utara
Jawa dan Kalimantan adalah daerah utama penangkapan ikan ini dan penyebarannya sangat luas
yaitu dari laut philipina dan famosa sampai kelaut Arabia dan di perairan maluku meluas sampai
ke timur. Jenis makanannya adalah Plankton. Ikan Japuh lebih banyak tertangkap dengan alat
Payang dibandingkan Purse Seine yang lebih banyak mengejar gerombolan ikan Layang,
Lemuru dan Tembang. Biaya operasi Payang relatif lebih rendah dibanding Purse Seine. Selain
itu Japuh juga banyak ditangkap dengan menggunakan Sero. Ikan Japuh bisa mencapai panjang
20 cm, dan lebih banyak tertangkap pada ukuran 15-17 cm.
Menurut Merta dkk (1998)di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil termasuk Japuh
diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah dan paling banyak
ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bila
dibandingan dengan tuna yang sebagia besar produk unggulan ekspor dan hanya sebagian
kelompok yang dapat menikmatinya. Ikan pelagis umumnya hidup di daerah neritik dan
membentuk schooling juga berfungsi sebagai konsumen antara dalam food chain (antara
produsen dengan ikan-ikan besar) sehingga perlu upaya pelestarian.Penyebaran ikan pelagis di
Indonesia merata di seluruh perairan. Commented [A1]: Ini dikit ya pembahasannya udah termasuk
habitat manfaat
Soalnya susah carinyaa hehehe
Setyohadi, D. 2012. Sumber Daya Ikan. Ichtiology, Universitas Brawijaya.
Burhanudin, A.D., S. Martosewojo dan M. Hoetomo. 1987.Sumber Daya Ikan Manyung di
Indonesia. LON-LIPI: Jakarta.
Suharna, Cucu. 2006. Kajian Sistem Manajemen Mutu Pada Pengolahan “Ikan Jambal Roti” di
Pangandaran- Kabupaten Ciamis. Tesis Pasca Sarjana. Semarang: Undip Press Commented [A2]: Maaf ya mbak dapusnya acak jadinya dikit
hehew

Você também pode gostar