Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Ini sedikit penjelasan dari sharing pengalaman kami selama OSCE, terutama yang dapat
nilai bagus dan dari laporan FOME juga..
Membuka Wawancara
Buka dengan perkenalan seperti biasa, “Selamat pagi Pak, perkenalkan saya dokter
Albert, dokter jaga di klinik ini. Boleh saya tahu identitas Bapak siapa? Umur
Bapak berapa? Tinggal dimana?.....” dll. bisa sendiri lah ya.
Disini semuanya dapat nilai maksimal kok
Sambung Rasa
Jelas lah ya harus ngapain. Kalau pengalaman Mimin, pakai kayak “Sudah nyaman
bapak tempat duduknya? Bapak bagaimana apakah terasa nyeri sekali? Apa perlu
tiduran Bapak? Baik Bapak, Bapak silakan menceritakan selengkap dan sejujur-
jujurnya, saya jamin hanya kita berdua yang tahu mengenai rahasia Bapak ini…..”
dll. bisa sendiri juga kan
Disini semuanya dapat nilai maksimal juga
Anamnesis Aspek Klinis
Poin ini harus bener-bener digali se-detail mungkin tentang sakitnya si pasiennya.
Mimin pake 7 Sacred – Fundamental 4, terus digali sedalam-dalamnya seperti
anamnesis Interna mix Psikiatri :D.
Jangan lupa tanyain kebiasaan merokok, alkohol, gizi, kebiasaan sehari-hari juga
yang kira-kira menjadi penyebab sakitnya si Pasien. Tanyain juga lingkungan
kerjanya, lingkungan rumahnya, keluarganya, sakit keluarganya. Mimin juga tanya
silsilah keluarga si Pasien… mulai dari ortunya pasien kena penyakit seperti HT,
DM, Asma, Alergi, Stroke, sakit yang sama; sampe jumlah adek-sodara pasien
apakah juga mengalami sakit yang sama juga.
Saran: Mimin ga bener-bener urut, tetapi mencakup semua. Agak lompat-lompat
tetapi bisa kok dapat nilai maksimal
Disini bervariasi ada yang 3-6-dan 9 skornya.
Anamnesis Aspek Personal
Literally, disini ga ada yang dapat nilai maksimal. Mayoritas dapat nilai 2 atau 4.
Menurut laporan FOME, aspek personal yang ditanyakan mencakup: alasan
kedatangan berobat, persepsi pasien tentang penyakit yang diderita seperti sudah
paham belum penyebabnya apa, apa yang memperingan memperberat, apakah
menular, bagaimana cara penatalaksanaannya; trus kekhawatiran dan harapan
pasien akan penyakitnya.
Yang FOME sama dr Balqis pasti mudeng lah ini harus gimana
Anamnesis Psikodinamika Keluarga
Disini juga sama, ga ada yang dapat nilai maksimal. Dapatnya 4 atau 8.
Gali bener-bener tentang keluarga pasien. Gimana kehidupan sehari-hari di
Keluarga. Misalkan nih pasiennya kan cuti ga kerja selama sakitnya (5 bulan). Itu
gimana terus sumber pendapatannya pasien? Apakah ada kerjaan sampingan untuk
menghidupi keluarga sehari-hari. Udah menikah apa belum juga, kalau udah
istrinya kerja ga? Sakit juga ga? Tanggapan istri dan keluarga mengenai sakitnya?
Dah punya anak belum? Anaknya umur berapa? Udah sekolah belum? Punya JKN
ga? Jarak rumah ke Puskesmas jauh ga? Kalau sakit periksanya kemana? Ada
masalah ga sama keluarga? Kalau misalkan ada permasalahan kayak gini Bapak
cerita ga ke keluarga? Dapat solusi ga dari keluarga? Istrinya sering marah-marah
jadi renggang hubungannya kenapa? Dll. POKOKNYA SELENGKAP-
LENGKAPMU WIS, ANGGAP DIRIMU DETEKTIF LAMBE TURAH
YANG KEPO ABISSS :P.
Oya, APGAR dan SCREEM juga jangan lupa ditanyain. Diselip-selipin aja gitu.
Luwes yang penting jangan blocking atau diem. Harus ngomong terus cari topik
biar anamnesis bisa lengkap.
Strategi Anamnesis
Again, ga ada yang dapat nilai maksimal disini.
Menurut mimin, strategi nya harusnya sih urut sesuai bener sama kayak contoh
Laporan FOME. Tetapi, harus luwes jangan sampai kelihatan mikir. Harus terarah
anamnesisnya dan bisa dapat semua informasi yang ada.
Oya, ditengah-tengah anamnesis, pasien mimin sempet acting sakit-sakit gitu
punggungnya kumat. Coba kasih perhatian ke pasien. “Bapak sakit lagi ya pak
punggungnya? Ke tempat tidur saja bagaimana Pak agar mendingan? Ini sebentar
lagi kok Pak saya tanya jawab keluhan Bapak ini”. Ini bisa masuk Aspek
Profesionalisme sih,
Menutup Wawancara
Sesempet kalian aja, kalau sempet ya tutup mendingan dengan baik dan benar.
Berikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya dan edukasi saran-saran
kalau bisa bener-bener lengkap seperti obatnya diminum teratur, kalau masih ada
keluhan ya kontrol pak jangan pindah-pindah dokter (doctor shopping gitu
pasiennya), terus hindari faktor pencetus, kasih juga masukan mengenai masalah
keluarga dan juga masalah ekonomi (misal pasien ga ada JKN dan penghasilan ga
ada karena cutinya tadi).
Perilaku Profesional
Yaaa kalian gimana selama di station ini, gugup sampai diem blocking atau bisa
sok profesional ngomong terus ada topik yang penting kegali pasiennya. Inget juga
tips trick tadi kalau misal pasien tiba-tiba mengeluh sakit ditengah-tengah
anamnesis, terus rahasianya akan dijamin, buat pasien bisa heart to heart gitu, cie.
SEMANGAT YAAAA, JANGAN SAMPAI BLOCKING TITIK. Berusaha semaksimal
mungkin anamnesisnya. Di latih sama temen sekelompok.
Permenkes Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Permenkes 52 Tahun 2016
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan memuat pengaturan tambahan biaya untuk peserta jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang ingin melakukan kenaikan kelas perawatan ke kelas eksekutif di fasilitas
pelayanan kesehatan (Fasyankes).
Jadi, mayoritas kami menjawab 3 hari dan itu pun apabila kamar nya penuh, bukan atas
permintaan si pasien sendiri.
Jelasin aja sesuai permenkes yang telah mimin copas in tadi. Jelasin juga kalau misal mau
naik tingkat ya berarti harus bayar selisihnya. Mimin sih juga jelasin kalau sebaiknya si
Ibu Budi mendingan tetap berada di ruang sesuai kelasnya agar tidak ditarik biaya yang
banyak semena-mena sesuai pihak RS (penjelasan dari RSUD Karanganyar).
4. Station 4: Epidemiologi
Sama dengan station 3, disini ada 1 soal PILGAN, silakan dijawab dan alasannya.
Inti soal:
“Seorang dokter puskesmas mengamati peningkatan jumlah pasien yang datang ke
poliklinik dengan keluhan sesak napas. Dokter tersebut ingin meneliti apakah ada
hubungan keluhan sesak napas dengan paparan debu yang ada di tempat kerja. Dengan
kasus yang tidak terlalu banyak dan waktu yang terbatas. Apakah desain penelitian yang
paling sesuai?
A. Case series
B. Case control
C. Cohort
D. Cross sectional
E. Nested case control ”
Jadi, DELPHI dan DELBEQ adalah salah satu teknik NON SKORING dalam menentukan
prioritas masalah.
1) DELPHI TECHNIQUE
Yaitu masalah-masalah di diskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah
yang disepakati bersama.
Adapun caranya sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah yang hendak/perlu diselesaikan
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
2) DELBEQ TECHNIQUE
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara
6 sampai 8 orang
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya. Penulisan
tersebut dilakukan secara tertutup
d) Selanjutnya kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah
e) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil
berarti mendapat peringkat tertinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian
peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan
mempertimbangkan kembali peringkat yang diberiannya setelah
mengetahui nilai rata-rata
tidak ada diskusi dalam teknik ini untuk menghindari orang yang
dominan mempengaruhi orang lain
Nah, sudah silakan jelaskan mengenai DELPHI dan beserta kalau bisa contoh nyata dari
kasus tersebut pakainya DELPHI gimana. Kalo mimin tambahin skalian menurut mimin
tar hasilnya yang “Kader kurang aktif” jadi prioritas utama karena prioritas masalah harus
diselesaikan terlebih dahulu dan dengan harapan prioritas selesai, masalah-masalah lainnya
bisa ikut terselesaikan. Kader yang aktif kan bisa untuk edukasi ke warga tentang kebiasaan
membuang sampah dan defekasi sembarangan, faktor-faktor risiko HT dan untuk edukasi
promosi imunisasi.
7. Station 7: K3L
Skenario:
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja berkerja atau sering dimasuki tempat kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Dari definisi
tersebut, maka Puskesmas merupakan tempat kerja karena ada ruangan, pegawai dan
sumber bahaya.
Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) maka dalam tempat
kerja selalu terdapat sumber bahaya yang wajib dikenali untuk dapat dikelola sehingga
meminimalisasi risiko bahaya yang ada.
Tugas:
Tulislah tiga (3) tahapan penerapan manajemen risiko K3 secara urut dalam mengelola
risiko bahaya disertai contohnya di Puskesmas!
Hampir pasti akan Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi/setiap kegiatan yang akan
5
terjadi dilakukan
Cenderung untuk
4 Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi
dapat terjadi
Mungkin dapat Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu
3
terjadi
Kecil kemungkinan Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun
2 terjadi kecil kemungkinan terjadi
Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi yang khusus/luar
1 Sangat jarang terjadi biasa/setelah bertahun-tahun
<< Tampilan
Ya kalau bisa minimal baca referensi di atas ya. Baca dari referensi atau permenkes lain juga
boleh kok