Você está na página 1de 17

IR OSCE IKM

Batch 1 – Kelompok 552

OSCE dilaksanakan pada hari Rabu minggu ke-6.


Kelompok kami OSCE dimulai pukul 09.00 bertempat di ruang dosen IKM, Gedung PD lt 7.
Terdapat 7 station OSCE, masing-masing 10 menit.
Bel peringatan:
 Masuk station dan membaca soal
 Mulai
 Tanda kurang 1 menit
 Waktu habis, silakan pindah station
Peraturannya: memakai Sneli dan membawa bolpen, tidak perlu membawa kertas, HP masuk ke
dalam tas. Tas ditaruh di area mejanya mbak Prapti.

Penjelasan masing-masing station:


1. Station 1: Presensi
Absen doang, siap-siap banyak doa aja semoga lancar kerjain OSCEnya.
2. Station 2: FOME / Anamnesis Holistik
Station ini terdapat PROBANDUS dan PENGUJI.
Penguji bisa dr. Balqis / dr. Arsita, tergantung yang selow dokternya mana. Kalau kami
adanya dr. Balqis.

Soal ditempel di meja.


Inti soal kami: “Seorang laki-laki usia x tahun mengeluh nyeri punggung bawah sejak 5
bulan yang lalu. Lakukan anamnesis holistik!”
Jadi, silakan kalian anamnesis sedalam mungkin secara holistik mengenai pasien tersebut.
Sebelumnya kami tidak diberitahukan adanya checklist, dan baru tau checklistnya waktu
nilai keluar . SAD BANGET karena kalau tau duluan bisa maksimal hasilnya #curcol.
Ini dia Checklist-nyaaaaaaa…..
Aspek Penilaian Bobot Nilai Maksimal
Membuka wawancara 1 3
Sambung Rasa 1 3
Anamnesis Aspek Klinis 3 9
Anamnesis Aspek Personal 2 6
Anamnesis Psikodinamika 4 12
Keluarga
Strategi anamnesis 1 3
Menutup Wawancara 1 3
Perilaku Profesional 1 3
Jumlah = 14 x 3 = 42 = 42/42 = 100
BAIK KAN KITA 

Ini sedikit penjelasan dari sharing pengalaman kami selama OSCE, terutama yang dapat
nilai bagus dan dari laporan FOME juga..
 Membuka Wawancara
Buka dengan perkenalan seperti biasa, “Selamat pagi Pak, perkenalkan saya dokter
Albert, dokter jaga di klinik ini. Boleh saya tahu identitas Bapak siapa? Umur
Bapak berapa? Tinggal dimana?.....” dll. bisa sendiri lah ya.
Disini semuanya dapat nilai maksimal kok 
 Sambung Rasa
Jelas lah ya harus ngapain. Kalau pengalaman Mimin, pakai kayak “Sudah nyaman
bapak tempat duduknya? Bapak bagaimana apakah terasa nyeri sekali? Apa perlu
tiduran Bapak? Baik Bapak, Bapak silakan menceritakan selengkap dan sejujur-
jujurnya, saya jamin hanya kita berdua yang tahu mengenai rahasia Bapak ini…..”
dll. bisa sendiri juga kan 
Disini semuanya dapat nilai maksimal juga 
 Anamnesis Aspek Klinis
Poin ini harus bener-bener digali se-detail mungkin tentang sakitnya si pasiennya.
Mimin pake 7 Sacred – Fundamental 4, terus digali sedalam-dalamnya seperti
anamnesis Interna mix Psikiatri :D.
Jangan lupa tanyain kebiasaan merokok, alkohol, gizi, kebiasaan sehari-hari juga
yang kira-kira menjadi penyebab sakitnya si Pasien. Tanyain juga lingkungan
kerjanya, lingkungan rumahnya, keluarganya, sakit keluarganya. Mimin juga tanya
silsilah keluarga si Pasien… mulai dari ortunya pasien kena penyakit seperti HT,
DM, Asma, Alergi, Stroke, sakit yang sama; sampe jumlah adek-sodara pasien
apakah juga mengalami sakit yang sama juga.
Saran: Mimin ga bener-bener urut, tetapi mencakup semua. Agak lompat-lompat
tetapi bisa kok dapat nilai maksimal 
Disini bervariasi ada yang 3-6-dan 9 skornya.
 Anamnesis Aspek Personal
Literally, disini ga ada yang dapat nilai maksimal. Mayoritas dapat nilai 2 atau 4.
Menurut laporan FOME, aspek personal yang ditanyakan mencakup: alasan
kedatangan berobat, persepsi pasien tentang penyakit yang diderita seperti sudah
paham belum penyebabnya apa, apa yang memperingan memperberat, apakah
menular, bagaimana cara penatalaksanaannya; trus kekhawatiran dan harapan
pasien akan penyakitnya.
Yang FOME sama dr Balqis pasti mudeng lah ini harus gimana 
 Anamnesis Psikodinamika Keluarga
Disini juga sama, ga ada yang dapat nilai maksimal. Dapatnya 4 atau 8.
Gali bener-bener tentang keluarga pasien. Gimana kehidupan sehari-hari di
Keluarga. Misalkan nih pasiennya kan cuti ga kerja selama sakitnya (5 bulan). Itu
gimana terus sumber pendapatannya pasien? Apakah ada kerjaan sampingan untuk
menghidupi keluarga sehari-hari. Udah menikah apa belum juga, kalau udah
istrinya kerja ga? Sakit juga ga? Tanggapan istri dan keluarga mengenai sakitnya?
Dah punya anak belum? Anaknya umur berapa? Udah sekolah belum? Punya JKN
ga? Jarak rumah ke Puskesmas jauh ga? Kalau sakit periksanya kemana? Ada
masalah ga sama keluarga? Kalau misalkan ada permasalahan kayak gini Bapak
cerita ga ke keluarga? Dapat solusi ga dari keluarga? Istrinya sering marah-marah
jadi renggang hubungannya kenapa? Dll. POKOKNYA SELENGKAP-
LENGKAPMU WIS, ANGGAP DIRIMU DETEKTIF LAMBE TURAH
YANG KEPO ABISSS :P.
Oya, APGAR dan SCREEM juga jangan lupa ditanyain. Diselip-selipin aja gitu.
Luwes yang penting jangan blocking atau diem. Harus ngomong terus cari topik
biar anamnesis bisa lengkap.
 Strategi Anamnesis
Again, ga ada yang dapat nilai maksimal disini.
Menurut mimin, strategi nya harusnya sih urut sesuai bener sama kayak contoh
Laporan FOME. Tetapi, harus luwes jangan sampai kelihatan mikir. Harus terarah
anamnesisnya dan bisa dapat semua informasi yang ada.
Oya, ditengah-tengah anamnesis, pasien mimin sempet acting sakit-sakit gitu
punggungnya kumat. Coba kasih perhatian ke pasien. “Bapak sakit lagi ya pak
punggungnya? Ke tempat tidur saja bagaimana Pak agar mendingan? Ini sebentar
lagi kok Pak saya tanya jawab keluhan Bapak ini”. Ini bisa masuk Aspek
Profesionalisme sih,
 Menutup Wawancara
Sesempet kalian aja, kalau sempet ya tutup mendingan dengan baik dan benar.
Berikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya dan edukasi saran-saran
kalau bisa bener-bener lengkap seperti obatnya diminum teratur, kalau masih ada
keluhan ya kontrol pak jangan pindah-pindah dokter (doctor shopping gitu
pasiennya), terus hindari faktor pencetus, kasih juga masukan mengenai masalah
keluarga dan juga masalah ekonomi (misal pasien ga ada JKN dan penghasilan ga
ada karena cutinya tadi).
 Perilaku Profesional
Yaaa kalian gimana selama di station ini, gugup sampai diem blocking atau bisa
sok profesional ngomong terus ada topik yang penting kegali pasiennya. Inget juga
tips trick tadi kalau misal pasien tiba-tiba mengeluh sakit ditengah-tengah
anamnesis, terus rahasianya akan dijamin, buat pasien bisa heart to heart gitu, cie.
SEMANGAT YAAAA, JANGAN SAMPAI BLOCKING TITIK. Berusaha semaksimal
mungkin anamnesisnya. Di latih sama temen sekelompok.

3. Station 3: Sistem JKN BPJS


Di station ini ada sebuah soal PILGAN 1 nomor, diminta ditulis jawaban dan alasan.
Soal kelompok kami intinya:
Istri Pak Budi sedang sakit dan perlu perawatan di RS. Pak Budi adalah seorang PNS
yang mendapatkan jatah ruang kelas I. Namun istri pak Budi ingin dirawat di ruang yang
lebih bagus, sehingga harus naik kelas satu tingkat diatasnya, ada batas waktu pasien
diperbolehkan naik tingkat, setelah batasan waktu habis sedangkan pasien masih harus
dirawat di RS, maka pasien akan dikembalikan ke kelas perawatan sesuai dengan haknya.
Berapakah batasan waktu tersebut?
A. 3 hari
B. 5 hari
C. 1 minggu
D. 48 jam
E. 10 hari

YAK, soal ini menurut kami agak-agak rancu gitu…


Berikut penjelasannya:
Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional
Bagian Peningkatan Kelas Perawatan
1) Peserta JKN, kecuali peserta PBI, dimungkinkan untuk meningkatkan kelas
perawatan atas permintaan sendiri pada FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
2) Untuk pasien yang melakukan pindah kelas perawatan atas permintaan sendiri
dalam satu episode perawatan hanya diperbolehkan untuk satu kali pindah kelas
perawatan.
3) Khusus bagi pasien yang meningkatkan kelas perawatan (kecuali peserta PBI
Jaminan Kesehatan):
a) sampai dengan kelas I, maka diberlakukan urun biaya selisih tarif INA-
CBGs kelas ruang perawatan yang dipilih dengan tarif INA-CBGs yang
menjadi haknya
b) Jika naik ke kelas perawatan VIP, maka diberlakukan urun biaya sebesar
selisih tarif VIP lokal dengan tarif INA-CBGs kelas perawatan yang
menjadi haknya
4) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh, peserta dapat
dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi paling lama 3 (tiga) hari.
Selanjutnya dikembalikan ke ruang perawatan yang menjadi haknya. Bila
masih belum ada ruangan sesuai haknya, maka peserta ditawarkan untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang setara atau selisih biaya tersebut
menjadi tanggung jawab fasilitas kesehatan yang bersangkutan
5) Apabila kelas sesuai hak peserta penuh dan kelas satu tingkat diatasnya penuh,
peserta dapat dirawat di kelas satu tingkat lebih rendah paling lama 3 (tiga) hari dan
kemudian dikembalikan ke kelas perawatan sesuai dengan haknya. Apabila
perawatan di kelas yang lebih rendah dari haknya lebih dari 3 (tiga) hari, maka
BPJS Kesehatan membayar ke FKRTL sesuai dengan kelas dimana pasien dirawat
6) Bila semua kelas perawatan di rumah sakit tersebut penuh maka rumah sakit dapat
menawarkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang setara dengan difasilitasi
oleh FKRTL yang merujuk dan berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan
7) Rumah sakit harus memberikan informasi mengenai biaya yang harus dibayarkan
akibat dengan peningkatan kelas perawatan
8) Dalam hal peserta JKN (kecuali peserta PBI) menginginkan kenaikan kelas
perawatan atas permintaan sendiri, peserta atau anggota keluarga harus
menandatangani surat pernyataan tertulis dan selisih biaya menjadi tanggung jawab
peserta

Permenkes Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Permenkes 52 Tahun 2016
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan memuat pengaturan tambahan biaya untuk peserta jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang ingin melakukan kenaikan kelas perawatan ke kelas eksekutif di fasilitas
pelayanan kesehatan (Fasyankes).

Adapun Pasal 25 Permenkes 4 Tahun 2017 terdiri dari 8 ayat berbunyi:


1) Peserta jaminan kesehatan nasional yang menginginkan pelayanan rawat jalan
eksekutif, harus membayar tambahan biaya paket pelayanan rawat jalan eksekutif
paling banyak sebesar Rp 250.000 untuk setiap episode rawat jalan
2) Peserta jaminan kesehatan nasional yang menginginkan kelas pelayanan rawat inap
yang lebih tinggi dari haknya, harus membayar selisih biaya /tambahan biaya setiap
episode rawat inap dengan beberapa ketentuan, yaitu
a) kenaikan kelas pelayanan rawat inap dari kelas 3 ke kelas 2, dari kelas 3 ke
kelas 1, dan dari kelas 2 ke kelas 1, harus membayar selisih biaya antara
tarif INA-CBG pada kelas rawat inap lebih tinggi yang dipilih dengan tarif
INA-CBG pada kelas rawat inap yang sesuai hak peserta
b) kenaikan kelas pelayanan rawat inap ke kelas VIP dengan fasilitas 1 (satu)
tingkat di atas kelas 1, pembayaran tambahan biaya ditentukan sebagai
berikut:
 Untuk naik kelas dari kelas 1 ke kelas VIP, pembayaran tambahan
biaya paling banyak sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari
Tarif INA CBG kelas 1
 untuk naik kelas dari kelas 2 ke kelas VIP, adalah selisih tarif INA
CBG kelas 1 dengan tarif INA CBG kelas 2 ditambah pembayaran
tambahan biaya dari kelas 1 ke kelas VIP paling banyak sebesar 75%
(tujuh puluh lima perseratus) dari Tarif INA CBG kelas 1
 untuk naik kelas dari kelas 3 ke kelas VIP adalah selisih tarif INA
CBG kelas 1 dengan tarif INA CBG kelas 3 ditambah pembayaran
tambahan biaya dari kelas 1 ke VIP paling banyak sebesar 75% (tujuh
puluh lima perseratus) dari Tarif INA CBG kelas 1.
3) Dalam hal peserta jaminan kesehatan nasional menginginkan naik kelas pelayanan
rawat inap di atas kelas VIP, harus membayar selisih biaya antara tarif rumah sakit
pada kelas yang dipilih dengan tarif INA CBG pada kelas yang menjadi haknya
4) Pembayaran selisih biaya/tambahan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat
2, dan ayat 3 dapat dilakukan oleh peserta, pemberi kerja dan/atau asuransi
kesehatan tambahan
5) Ketentuan mengenai tambahan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat
2b ditetapkan oleh direktur/kepala rumah sakit, kepala daerah, atau pemilik rumah
sakit sesuai dengan status kepemilikannya.
6) Rumah sakit wajib menginformasikan ketentuan mengenai selisih biaya atau
tambahan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, atau ayat 3 kepada
peserta jaminan kesehatan nasional sebelum peserta menerima pelayanan di atas
kelas yang menjadi haknya
7) Ketentuan mengenai selisih biaya dan tambahan biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 akan dilakukan evaluasi paling lambat satu tahun
dari Peraturan Menteri ini diundangkan
8) Ketentuan mengenai selisih biaya dan tambahan biaya sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 dan ayat 3 diberlakukan bagi pasien yang masuk pelayanan rawat inap mulai
1 Februari 2017

Jadi, mayoritas kami menjawab 3 hari dan itu pun apabila kamar nya penuh, bukan atas
permintaan si pasien sendiri.
Jelasin aja sesuai permenkes yang telah mimin copas in tadi. Jelasin juga kalau misal mau
naik tingkat ya berarti harus bayar selisihnya. Mimin sih juga jelasin kalau sebaiknya si
Ibu Budi mendingan tetap berada di ruang sesuai kelasnya agar tidak ditarik biaya yang
banyak semena-mena sesuai pihak RS (penjelasan dari RSUD Karanganyar).
4. Station 4: Epidemiologi
Sama dengan station 3, disini ada 1 soal PILGAN, silakan dijawab dan alasannya.
Inti soal:
“Seorang dokter puskesmas mengamati peningkatan jumlah pasien yang datang ke
poliklinik dengan keluhan sesak napas. Dokter tersebut ingin meneliti apakah ada
hubungan keluhan sesak napas dengan paparan debu yang ada di tempat kerja. Dengan
kasus yang tidak terlalu banyak dan waktu yang terbatas. Apakah desain penelitian yang
paling sesuai?
A. Case series
B. Case control
C. Cohort
D. Cross sectional
E. Nested case control ”

Jawabannya adalah CASE CONTROL.


Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana
factor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Case Control
dapat dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh factor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit mis: hubungan antara kanker serviks dengan perilaku seksual,
hubungan antara tuberculosis anak dengan vaksinasi BCG atau hubungan antara status gizi
bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu.
Desain case control sering dipergunakan dibandingkan dengan cohort karena lebih murah,
lebih cepat memberikan hasil dan tidak memerlukan sampel yang besar.
Kelebihan Case control:
 Tidak menghadapi kendala etik seperti penelitian cohort dan eksperimental
 Pengambilan kasus dan kontrol pada kurun waktu bersamaan
 Adanya pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam
 Tidak perlu intervensi waktu, lebih ekonomis sebab subyek bias dibatasi
Kekurangan Case control:
 Tidak diketahuinya efek variabel luar oleh karena keterbatasan teknis
 Bias penelitian akibat tidak dilakukan pengukuran oleh peneliti dengan tanpa
mengetahui yang harus diukur
 Kelemahan penggunaan variabel secara retrospektif adalah obyektivitas dan
reliabilitasnya
 Kadang-kadang untuk memilih kontrol dengan matching mengalami kesulitan
karena banyaknya faktor risiko dan/atau sedikitnya subyek penelitian

Mengapa tidak Cross Sectional atau Cohort?


Cross sectional  perlu subyek penelitian yang relatif besar atau banyak, faktor risiko
tidak dapat diukur secara akurat dan mempengaruhi hasil penelitian, nilai prediksi lemah,
korelasi faktor risiko dengan dampaknya paling lemah
Cohort  perlu waktu penelitian lama, sarana prasarana dan pengolahan data lebih rumit,
subyek penelitian yang drop out banyak, menyangkut etika sebab faktor risiko dari subyek
yang diamati sampai terjadinya efek sering menimbulkan ketidaknyamanan bagi subyek
5. Station 5: Istirahat
Ya istirahat aja keles. Jangan panic masih ada station lain 
6. Station 6: Problem Solving Cycle (PSC)
Berupa kasus dan 1 soal essay.
Intinya:
“Sebuah Puskesmas mempunyai masalah berikut ini: masih adanya kematian ibu, masih
banyak perilaku merokok, angka kejadian diare selalu tingi, masih ada buang air besar
sembarangan.”
Tugas: Tulislah prosedur penentuan prioritas masalah secara Delphi!

Jadi, DELPHI dan DELBEQ adalah salah satu teknik NON SKORING dalam menentukan
prioritas masalah.

1) DELPHI TECHNIQUE
Yaitu masalah-masalah di diskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah
yang disepakati bersama.
Adapun caranya sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah yang hendak/perlu diselesaikan
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
2) DELBEQ TECHNIQUE
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara
6 sampai 8 orang
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya. Penulisan
tersebut dilakukan secara tertutup
d) Selanjutnya kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah
e) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil
berarti mendapat peringkat tertinggi (prioritas tinggi).
 Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian
peringkat tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan
mempertimbangkan kembali peringkat yang diberiannya setelah
mengetahui nilai rata-rata
 tidak ada diskusi dalam teknik ini untuk menghindari orang yang
dominan mempengaruhi orang lain

Nah, sudah silakan jelaskan mengenai DELPHI dan beserta kalau bisa contoh nyata dari
kasus tersebut pakainya DELPHI gimana. Kalo mimin tambahin skalian menurut mimin
tar hasilnya yang “Kader kurang aktif” jadi prioritas utama karena prioritas masalah harus
diselesaikan terlebih dahulu dan dengan harapan prioritas selesai, masalah-masalah lainnya
bisa ikut terselesaikan. Kader yang aktif kan bisa untuk edukasi ke warga tentang kebiasaan
membuang sampah dan defekasi sembarangan, faktor-faktor risiko HT dan untuk edukasi
promosi imunisasi.
7. Station 7: K3L
Skenario:
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja berkerja atau sering dimasuki tempat kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Dari definisi
tersebut, maka Puskesmas merupakan tempat kerja karena ada ruangan, pegawai dan
sumber bahaya.
Dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) maka dalam tempat
kerja selalu terdapat sumber bahaya yang wajib dikenali untuk dapat dikelola sehingga
meminimalisasi risiko bahaya yang ada.
Tugas:
Tulislah tiga (3) tahapan penerapan manajemen risiko K3 secara urut dalam mengelola
risiko bahaya disertai contohnya di Puskesmas!

Tips trik mendapatkan nilai maksimal:


Jelasin dari awal tentang HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment & Determining
Control) terdapat 3 langkah:
1) Identifikasi bahaya
2) Penilaian risiko
3) Pengendalian bahaya
Penilaian risiko dinilai dari kemungkinan (probability) x keparahan (severity)
Kemungkinan (Probability) dinilai dengan:

Tingkatan Kriteria Penjelasan

Hampir pasti akan Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi/setiap kegiatan yang akan
5
terjadi dilakukan
Cenderung untuk
4 Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi
dapat terjadi
Mungkin dapat Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu
3
terjadi
Kecil kemungkinan Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun
2 terjadi kecil kemungkinan terjadi
Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi yang khusus/luar
1 Sangat jarang terjadi biasa/setelah bertahun-tahun

Keparahan (Severity) dinilai dengan

Tingkatan Kriteria Penjelasan

Tidak ada cedera, tidak ada gangguan kesehatan, kerugian


1 Tidak Signifikan
material kecil
Cedera ringan, memerlukan perawatan P3K, ada gangguan
2 Minor kesehatan ringan, langsung dapat ditangani, kerugian material
sedang
Memerlukan perawatan medis, dan dapat ditangani dengan
3 Sedang bantuan pihak luar, hilang hari kerja, kerugian material cukup
besar
Cedera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara
4 Mayor total, memerlukan perawatan medis/penanganan khusus,
kerugian material besar
Menyebabkan kematian/fatal, bahan toksik dan efeknya
5 Bencana merusak, menyebabkan ketergantungan perawatan medis,
yang intensif dan khusus, kerugian material sangat besar

Matriks Penilaian Risiko


Lalu, untuk Pengendalian Risiko/Bahaya, terdapat hierarki:

Berikut penjelasan masing-masing:


1) Eliminasi – Eliminasi sumber bahaya
2) Substitusi – Substitusi alat/mesin/bahan
3) Kontrol teknik / Perancangan – Modifikasi/Perancangan alat/mesin/tempat kerja
yang lebih aman
4) Kontrol administratif – Prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja, tanda bahaya,
rambu, poster, label
5) Alat Pelindung Diri – memakai APD

Jangan lupa contohnya 


Contoh: Bed pasien tanpa pengaman
Bed pasien yang tidak memiliki pengaman dapat menimbulkan risiko jatuh pada pasien.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 3 dan severity: 3, sehingga tingkat
risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode eliminasi (bed tanpa
pengaman tidak digunakan lagi), substitusi (mengganti dengan bed yang dilengkapi dengan
pengaman) teknik (memberikan pengaman tambahan) dan administrasi (melakukan
edukasi kepada keluarga untuk menjaga pasien agar tidak terjatuh, pemberian tanda pasien
rawan jatuh). APD sendiri tidak diperlukan untuk pasien. Dengan pengendalian bahaya
yang telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.

DEMIKIAN IR NYA, SEMOGA SUKSES YA 


Remidi dilakukan per stase. Misalkan anda tidak lulus stase JKN dan PSC berarti remidi hanya di
2 stase tersebut. Remidi sementara dilakukan hari Jumat minggu ke-6, berupa soal bisa diganti
bisa tidak, masing-masing anak akan diberikan lembar soal masing-masing sesuai letak remidinya
dimana, lalu diberi waktu total untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Remidi FOME
sendiri tidak lagi anamnesis tetapi soal essay.

Soal Remed FOME:


1. Apa yang dimaksud dengan anamnesis holistik?
2. Ada berapa komponen anamnesis holistik?
3. Beri contoh pertanyaan untuk masing-masing komponen anamnesis holistik
Soal Remed stase PSC diganti jadi metode Delbeq, yang lainnya sama

Goodluck~ Do your best 


Surakarta, 1 Maret 2018
- Kelompok 552B(abi)
Update Soal Kelompok 555
FOME : Skenario sakit kepala gara – gara hipertensi
PSC : Buat contoh analisis SWOT dengan kasus rendahnya cakupan imunisasi
JKN : Ada pasangan suami istri yang belum punya anak. Pelayanan ingin punya anak ditanggung
BPJS atau tidak ? Sertakan alasannya dengan peraturan yang mendukung (Jawaban : Tidak
ditanggung BPJS)
K3L : Sama. Suruh nyebutin metode HIRADC + contohnya
Epidemiologi : Seorang peneliti melakukan penelitian untuk meneliti hubungan antara pemberian
imunisasi campak dan angka kejadian penyakit campak. Terdapat 1000 pasien yang diberikan
imunisasi campak dan diikuti dalam 5 tahun didapatkan 10 anak menderita campak. Dari 1000
kontrol yang tidak diberikan imunisasi didapatkan 100 anak menderita campak. Berapa angka
kesakitan dalam penelitian tersebut?
A. Incidence rate 10%
B. Prevalence rate 1%
C. Incidence rate 5.5%
D. Incidence risk 0.1%
E. Attack rate 0.5%
Soal epidemiologi sama soal JKN yang bikin dr Ari. Soal epidemiologi biasanya diambil dari
koleksi soal UKMPPD. Jadi dr Ari kan ngasih tugas buat cari soal UKMPPD tentang
epidemiologi trus dikirim ke email beliau. Nah koleksi soal yang kalian kirim ke email dr Ari
kemungkinan besar keluar di OSCE. Makanya klo bisa sebelum OSCE, udah ngirim koleksi
soalnya ke email dr Ari dan pelajari soal – soal itu. Kalo soal JKN, materinya bisa dibaca dari
permenkes – permenkes tentang BPJS. Contoh materinya bisa didownload di :
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/a9c04aa825ffc12d24aeee668747f284.pdf

<< Tampilan
Ya kalau bisa minimal baca referensi di atas ya. Baca dari referensi atau permenkes lain juga
boleh kok  

Você também pode gostar