Você está na página 1de 9

Balance Sheet

Star Hotel
December 31, 2007 and 2008

Assets 2007 2008


Current Assets
Cash 503.000 520.000
Account Receivable (Net) 190.000 160.000
Inventories 120.000 150.000
Prepaid Expenses 48.000 40.000
Total Current Assets 861.000 870.000
Investment 50.000 50.000
Property and Equipment (Net) 7.483.000 7.490.000
Total Assets 8.394.000 8.410.000

Liabilities and Owners' Equity


Current Liabilities
Account Payable 192.000 225.000
Notes Payable 40.000 25.000
Taxes Payable 20.000 15.000
Advance Deposit 30.000 50.000
Accrued Expenses 6.000 5.000
Current portion of mortgage 120.000 124.000
Total Current Liabilities 408.000 444.000
Long Term Debt - Mortgage Payable 4120.000 4.000.000
Total Liabilities 4.528.000 4.444.000
Owners' Equity
Commond Stock 3.312.000 3.312.000
Retained Earnings 554.000 654.000
Total Owners' Equity 3.866.000 3.966.000
Total Liabilities and Owner's Equity 8.394.000 8.410.000
Income Statement Star Hotel
For Years Ended December 31, 2007 and 2008

Description

20072008
Total Revenue 1.430.5002.062.000
Rooms:
Revenue 906.500 1.220.000
Payroll and Related Expenses (175.500) (295.000)
Other Direct Expenses (95.000) (215.000)
Departemnental Income 636.000 71.0000
Food and Beverage:
Revenue 512.000 817.000
Cost of Sales (180.000) (310.000)
Payroll and Related Expenses (169.000) (245.000)
Other Direct Expenses (55.000) (90.000)
Departemnental Income 108.000 172.000
Rental and other income revenue 12.000 25.000
Gross Operating Profit 756.000 907.000
Undistributed Operated Expenses
Administrative and General 100.000 90.000
Marketing 65.000 64.000
Property Operation and Maintenance 80.000 70.000
Energy Cost 105.000 80.000
Total Undistributed Operating Expenses 350.000 304.000
Income Before Fixed Charge 406.000 603.000
Fixed Charge
Rent 0 0
Insurance 75.000 95.000
Interest 25.000 25.000
Depreciation 245.000 295.000
Total Fixed Charge 345.000 415.000
Income Before Taxes 61.000 188.000
Income Taxes 0 0
Net Income 61.000 188.000
I. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untukmelunasi
atau menjaminhutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
Sebagai contoh, apakah hutang lancar Star Hotel tahun 2008 sebesar Rp.870.000,-
kemungkinan dapat dilunasi?
A. Ratio Lancar (Current Ratio)
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Current Ratio = 870.000 = 1,96
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 = 444.000
𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1, hutang lancar, dijamin dengan
Rp.1,96 aktiva lancar.Untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau tidak, perlu
dibandingkan dengan standar rata-rata industrihotel. Misal standar rata-rata industri
current ratio untuk hotel sebesar 2 : 1, maka rasio 1,96 : 1 lebih kecil dari 2 : 1. Dapat
disimpulkan bahwa Star Hotel kemungkinan akan kesulitan untuk melunasi hutang–
hutang jangka pendeknya.
Akan tetapi, rasio tersebut tidak mutlak karena banyak hotel yang beroperasi tanpa
kesulitan meskipun mempunyai current rasio di bawah 2 : 1 . Hal tersebut dikarenakan
pada umumnya aktiva lancar hotel dalam bentuk persediaan, jumlahnya relatif kecil.
Pada perusahaan hotel, meskipun memiliki current ratio yang relatif lebih besar akan
tetapikomposisi persediaannya cukup besar , justru akan menyebabkan ketidak efisienan
operasional. Jenis persediaan di hotel ( bahan makanan, minuman dan supplies) , tidak
mudah di jual/dicairkan untuk membayar hutang

B. Rasio Cepat (Acid Test Ratio)


Rasio cepat mengukur likuiditas berdasarkan aktiva lancar yang dapat secara cepat
dicairkan menjadi alat pembayaran saja, yaitu Kas, Surat Berharga dan Piutang. Dalam
operasional hotel, persediaan,meskipun termasuk sebagai aktiva lancar akan tetapi
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencairkannya menjadi kas.
𝐶𝑎𝑠ℎ+𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑆𝑒𝑐𝑢𝑟𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠+𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒
Acid Test Ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

520.000+160.000
= 444.000 = 1,53
Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin dengan
Rp.1,53 harta lancar yang cepat dicairkan. Rasio tersebut dapat dinyatakan dalam angka
1,53 : 1 atau 153%. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini , perlu dibandingkan
dengan standar rata- rata industri. Misal, rata-rata industri acid test rasio sebesar 1 : 1,
maka 1,53 : 1 lebih besar dari 1 : 1. Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen tidak
kesulitan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendeknya. Acid test rasio merupakan
metode yang paling sesuai untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan hotel.

II. RASIO SOLVABILITAS (Solvability)


Rasio Solvabilitas mengukur tingkat keuangan hotel yang dibiayai dengan hutang dan
seberapa besarkemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh hutangnya baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Secara umum, perusahaan dapat membayar atau
menjamin seluruh hutangnya apabila hartanya lebih besardibandingkan dengan seluruh
hutangnya
A. Assets To Liabilities Ratio
Assets to total liabilities ratio merupakan rasio perbandingan antara total harta dengan
total hutang.Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar harta yang dimiliki untuk
menjamin seluruh hutangnya.

Assets to Liabilities Ratio 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠


= 4.444.000 = 1,89
8.140.000
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap hutang sebesar Rp.1,- dijamin dengan harta
(assets) sebesar Rp. 1,89,-. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu
diperbandingkan dengan rasio rata-rata industri. Jika rata-rata industri untuk Assets to
Liabilities Ratio sebesar 2 : 1, maka rasio 1,89 : 1 lebih kecil dari 1,50 : 1 . Hasil Rasio
tersebut berarti bahwa harta yang dimiliki perusahaan masih belum dapat untuk menjamin
hutangnya secara penuh.

B. Debt To Equity Ratio


Debt to Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri. Total
aktiva yang dimiliki oleh hotel dapat didanai dari sumber hutang (creditor) maupun dari
modal sendiri (investor/owner). Rasio ini menggambarkan hubungan antara kedua
sumber pendanaan tersebut. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar pembelian
aktiva yang dibiayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.

Debt to Equity Ratio 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑖𝑒𝑠


= 3.966.000 = 1,12
4.444.000
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- investasi yang dilakukan investor
(pemilik), para kreditor telah menginvestasikan/mendanai sebesar Rp.1,12. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pembelian aktiva, lebih banyak dibiayai dari hutang
dibandingkan dengan modal sendiri. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu
diperbandingkan dengan rasio rata-rata industri. Jika rasio rata-rata industrisebesar 0,60 :
1, maka 1,12 : 1 lebih besar dari 0,60 : 1.Bagi kreditor, makin tinggi angka rasio ini
berarti makin tinggi risiko yang dihadapi oleh para kreditor (pihak pemberi pinjaman),
karena makin tinggi hutang yang ditanggung sebuah hotel.

III. RASIO AKTIVITAS (ACTIVITY RATIO)


Rasio aktivitas mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber-sumber
daya perusahaan. Efektifitas manajemen dalam penggunaan sumber-sumber tersebut
misalnya mempercepat pengumpulan piutang yang dapat segera digunakan untuk
membiayai operasional dan pemakaian persediaan untuk menghasilkan pendapatan dari
penjualan.
A. Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
Transaksi penjualan yang dilakukan hotel sebagian besar merupakan penjualan secara
kredit,sehingga piutang dalam usaha hotel merupakan aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besar jika dibandingkan dengan lainnya. Seperti yang telah dibahas dimuka
mengenai likuiditas, maka kualitas piutang harus selalu dipertimbangkan. Piutang dari
penjualan secara kredit kepada tamu diharapkan dapat segera dicairkan menjadi kas
(diasumsikan bahwa seluruh penjualan merupakan penjualan kredit) maka Tingkat
Perputaran Piutang dapat dihitung sebagai berikut
2.062.000
Account Receivable Turnover = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
= = 11,78 kali
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐴.𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 175.000
𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔−𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 190.000−160.000
Average Account Receivable = = = 175.000
2 2
Semakin besar angka ini atau semakin cepat perputaran, maka akan semakin baik ,
karena ada kemungkinan semakin cepat piutang dicairkan menjadi kas. Sebaliknya
semakin kecil angka ini semakin lambat piutang dicairkan menjadi kas. Jika rata-rata
industri sebesar 20 kali, maka 11,78 kali lebih kecil dari 20 kali. Hal ini menandakan
bahwa manajemen belum cukup efektif dalam memanfaatkan piutang untuk membiaya
operasional.
B. Rata-rata Periode Penagihan (Average Collection Periode)
Average Collection Periode merupakan waktu rata-rata suatu piutang dapat dicairkan
menjadi kas.Pada contoh di atas, rata-rata piutang diperoleh sebesar Rp.175.000,-.

Average Collection Period = 365 𝑑𝑎𝑦𝑠

= 11,78 = 30 days
365
𝐴/𝑅 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟

Average collection period atau rata-rata periode penagihan sebesar 30 hari


menunjukkan bahwa rata-rata piutang Star Hotel sebesar Rp.170.000,- dapat ditagihkan
(dicairkan menjadi kas) dalam 30 hari.

C. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)


Tingkat perputaran persediaan atau inventory turnover, mengukur seberapa cepat
persediaan berputar dalam operasional. Secara umum, semakin cepat persediaan berputar
akan semakin baik pengaruhnya terhadap operasional. Hal tesebut dapat berarti bahwa
persediaan banyak diambil untuk dijualdan biaya penyimpanan dan pemeliharaan dapat
dikurangi. Biaya-biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan antara lain yaitu : sewa
gudang, asuransi, listrik, alat pendingin / refrigerator, karyawan dan dana yang digunakan
untuk membeli persediaan.
Food and Beverage Department Income Statement
Star Hotel
For the Years Ended December, 31, 2008

Food Beverage
Sales 665000 152000
Cost of Sales :
Beginning Inventory 10000 4000
Purchase 275000 66000
Less : Ending Inventory (30000) (10000)
Cost of Goods Used : 255000 60000
Less : Employee Meals (5000) 0
Cost of Goods Sold : 250000 60000
Gross Profit 415000 92000
Expenses :
Payroll and Realated 200000 45000
Expenses
Other Direct Expenses 60000 30000
Total Expenses 260000 75000
Deparmental Income 155000 17000
Food Inventory Turnover = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐹𝑜𝑜𝑑 𝑈𝑠𝑒𝑑
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐹𝑜𝑜𝑑 = 255.000 = 12,75 kali
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 20.000

Average Account Receivable = 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔+𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔


= 10.000+30.000
= 20.000
2 2
Perputaran persediaan makanan sebesar 12,75 kali selama satu tahun dapat diartikan
bahwa terjadi perputaran pesediaan 1 kali sebulan. Angka tersebut berarti bahwa secara
keseluruhan pembelian (pengisian) persediaan dilakukan selama sebulan. Jika standar
yang ditetapkan manajemen sebesar 24 kali, maka 12,75 kali < 24 kali, yang berarti
tingkat perputaran makanan sangat lambat. Perputaran makanan yang lambat
mengindikasikan bahwa banyak persediaan yang menumpuk di gudang. Sedangkan untuk
tingkat perputaran persediaan minuman dari Star Hotel tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut :

Beverage Inventory Turnover = 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐵𝑒𝑣.𝑈𝑠𝑒𝑑


= 60.000 = 8,57 kali
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐵𝑒𝑣.𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 7.000

Average Account Receivable = 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔+𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔


= 4.000+10.000
= 7.000
2 2
Tingkat perputaran persediaan minuman sebesar 8,57 kali berarti bahwa dalam satu
tahun akan dilakukan pengisian/pembelian kembali sebanyak 8,57 kali atau setiap 43 hari.
43 hari dihitung dengan cara 365 hari dibagi dengan 8,57. Tidak semua item beverage
selalu habis terjual pada periode itu, akantetapi beberapa item lainnya di-stock kembali
pada periode tersebut. Secara umum, industri hotel yang memiliki beberapa bar dan
lounge, beverage inventory turnovernya mencapai 15 kali per tahun atau 1,25 kali
perbulan.

IV. RASIO PROFITABILITAS


Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio menggambarkan prestasi dan pertanggung
jawaban manajemen dalam mengelola hotel.
A. Margin Laba (Profit Margin)
Manajemen sering mengevaluasi kemampuan mereka dalam menghasilkan laba
(keuntungan) dariseluruh pendapatan dari penjualan yang dilakukan. Margin laba
dihitung dengan cara laba bersih (net income) dibagi dengan total pendapatan (Total
revenue)

Profit Margin = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100%
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

Profit Margin = 188.000


2.062.000 x 100% = 9,12%
Rasio tersebut menunjukkan bahwa Star Hotel memperoleh 9,12% keuntungan bersih
dari total pendapatan dari penjualan. Rasio tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
rata-rata margin labaindustri perhotelan sebesar 5 %.
B. Rasio Efisiensi Operasional (Operating Efficiency Ratio)
Operating Efficiency Ratio disebut juga Gross Operating Profit Ratio. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh
biaya-biaya yang timbul akibat keputusan pemilik atau investor, seperti : penyusutan,
bunga pinjaman bank dan asuransi. Sedangkan, pendapatan dan biaya yang terjadi dalam
operasional dari revenue center maupun support center sepenuhnya dapat dikendalikan
manajemen. Sehingga, pengukuran operating efficiency ratio merupakan pengukuran
kemampuan manajemen dalam menghasilkan keutungan tanpa dipengaruhi keputusan
pemilik.

Operating Efficiency Ratio = 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒


x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

603.000
=2.062.000 x 100% = 29,24%
Operating Efficiency Ratio sebesar 29,24% menunjukkan bahwa setiap Rp.0,29 dari
penjualan Rp.1,- tersedia untuk menutup beban tetap (fixed charge) atau setiap 29,24%
dari 100% penjualan tersedia untuk menutup beban tetap. Hal tersebut menunjukkan
bahwa manajemen dapat mengelola pendapatan dan biaya yang terkendali (controllable
revenue and expenses), sehingga tersedia 29,24% untuk menutup beban tetap.

C. Return On Assets (ROA)


Return On Assets merupakan ratio yang mengukur seberapa besar keuntungan yang
dihasilkan dari penggunaan assets hotel. ROA diperoleh dengan cara net income dibagi
dengan total assets. Rreturn onassets Star Hotel dapat dihitung sebagai berikut :
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROA = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 x 100%

188.000
ROA = 8.402.000 x 100% = 2,23%
𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔+𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 8.394.000+8.410.000
Average Total Assets = 2 = 2 = 8.402.000
ROA sebesar 2,23 % menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dari assets akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp.0,021 atau dari 100% assets akan menghasilkan keuntungan
sebersar 2,23% nya. ROA yang rendah merupakan indikasi bahwa keuntungan yang
diperoleh terlalu rendah atau assets yang digunakan tidak dimanfaatkan secara efisien,
untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Você também pode gostar