Você está na página 1de 21

Accelerat ing t he world's research.

KAJIAN TENTANG PELANGGARAN


HAK ASASI MANUSIA (HAM) BERAT
DI INDONESIA
Irvana Luluatul Kholisoh

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Kebijakan Rehabilit asi Terhadap Penyalahguna Narkot ika Pada Undang – Undang Nomor 35 T …
Ida Bagus Swadharma Diput ra

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Melalui Diversi Dalam Sist e.pdf
Tomy Michael

Makalah PKN - HAM dan Hukuman Mat i


Zhafran Anas
KAJIAN TENTANG PELANGGARAN
HAK ASASI MANUSIA (HAM) BERAT DI INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu Rudi Salam S.Pd, M.Pd.

Rombel 077

Oleh:
1. Asfia Nur Laeli (2201415075)
2. Erwin Roosilawati (4201416006)
3. Barokah (4101415128)
4. Irvana Lu’luatul Kholisoh (4101415116)
5. Ahmad Rozikin (5202416057)
6. Pandam Bayu Seto Aji (8111416159)
7. Ahmad Defri Arfianto (8111416358)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dn puji syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Demokrasi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah Demokrasi ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 3 April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
2.1 Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) .............................................. 5
2.2 Contoh Kasus Pelanggaran HAM Berat di Indonesia .......................... 6
2.2.1 Kasus 1 Paedofil Asal Wonogiri Dihukum Mati................................7
2.2.2 Kasus 2 Polri Telusuri Komunikasi Sultan.................. ................... 10
2.2.3 Kasus 3 Narkoba Dikendalikan Oknum Napi .............. ................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan masyarakat yang syarat dengan berbagai kepentingan sering
terjadi adanya pelanggaran HAM, tindakan menyimpang ini masih sering terjadi pada
tiap bangsa/negara. Tidak ada bangsa/negara yang sepi dari kejahatan karena hal ini
merupakan fenomena kehidupan manusia. Hal ini sering merupakan ancaman yang
selalu meresahkan masyarakat dan dianggap mengganggu keseimbangan sosial.
Eksistensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan keadilan merupakan dasar dalam
membangun komunitas bangsa yang memiliki kohesi sosial yang kuat. Meskipun
banyak ragam, ras, etnis, agama, dan keyakinan politik, kita akan dapat hidup
harmonis dalam suatu komunitas bangsa/negara, jika ada sikap penghargaan terhadap
nilai-nilai HAM dan keadilan.
Eksistensi HAM berbanding lurus dengan keberadaan bangsa, sesuai dengan
jangkauan pemikiran dan perkembangan lingkungannya. Untuk itu, setiap kejahatan
HAM harus diadili karena kejahatan HAM telah,sedang, dan akan selalu menjadi
kendala dalam perjalanan peradaban bangsa. Pelanggaran HAM dapat juga dilakukan
oleh satuan nonpemerintah, misalnya pembunuhan penduduk sipil oleh para
pemberontak, serangan bersenjata oleh satu pihak kepada pihak lain dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan makalah ini kami
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang terjadi di Indonesia
akhir-akhir ini?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui contoh pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di
indonesia akhir-akhir ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelanggaran HAM


Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni :
a. Pelanggaran HAM berat, yakni pelanggaran HAM yang bersifat berbahaya, dan
mengancam nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan, penganiayaan,
perampokan, perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.
b. Pelanggaran HAM ringan, yakni pelanggaran HAM yang tidak mengancam jiwa
manusia, namun berbahaya apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi. Misal, seperti
kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan secara
disengaja oleh masyarakat dan sebagainya.

Pelanggaran HAM berat, menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang


Pengadilan HAM, dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni :

 Kejahatan Genosida. Merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud


menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok, maupun agama dengan cara :

a. Membunuh setiap anggota kelompok.


b. Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap
anggota kelompok.
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d. Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam kelompok
yang lain.
 Kejahatan terhadap kemanusiaan. Merupakan suatu tindakan/perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil, yang berupa :
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan

5
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara paksa.
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain dengan
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional.
f. Penyiksaan.
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau segala bentuk
kekerasan seksual lainnya yang setara.
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu maupun perkumpulan yang
didasari dengan persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,
agama, jenis kelamin atau alasan lainnya yang telah diakui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.
i. Penghilangan orang secara paksa.
 Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh suatu
pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa dari suatu ras atau bangsa.

6
2.2 Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia
2.2.1 Kasus 1 Paedofil Asal Wonogiri Dihukum Mati
A. Kronologi Kasus dan Fakta Hukum
Kekerasan terus dialami Arief Muer Dika (9 tahun) sebelum akhirnya dibunuh di
rumah kakek terdakwa di Dusun Sanan Soko Rt 02/10 Desa Bulurejo Kecamatan
Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Bermula pada hari Rabu tanggal 30 September 2105
sekitar pukul 08.30 wib terdakwa mencuci baju di sungai sekitar pukul 10.30 wib
selesai mencuci baju mau pulang bertemu dengan Arief Muer Dika yang berumur 9
tahun masih menggunakan seragam sekolah, ditengah perjalanan pulang sedangkan 2
temannya Arief Muer Dika berada di bawah (sungai). Ditengah jalan terdakwa
kembali ke sumur menuju Arief Muer Dika dan mengajak “le ayo dolan neng
ngomahku” Arief Muer Dika menjawab “wegah mas aku arep ganti klambi dhisik”
(tidak mau mas aku mau ganti baju dulu) selanjutnya terdakwa mengancam “kamu
meneng ora, yen ora kamu mati” (kamu diam atau tidak kalau tidak kamu mati)
sambil menarik tangan Arief Muer Dika karena tedakwa berniat mau mensodomi
Arief Muer Dika dan jika tidak mau akan dibunuh setelah itu baru disodomi.
Setelah sampai di rumah kakek terdakwa, terdakwa mengajak ke kamar mandi dan
meminta uang kepada Arief Muer Dika “aku jaluk duitmu rong ewu wae” (aku minta
uangmu dua ribu) dan dijawab “ora duwe mas” (aku tidak punya uang mas)
selanjutnya terdakwa bilang “kowe pilih ngekeki duit rong ewu opo tak jegurke neng
bak mandi” (kamu pilih kasih uang dua ribu atau saya jatuhin ke bak mandi)
selanjutnya Arief Muer Dika menjawab “aku ora duwe duit tenan mas” (aku tidak
mempunyai uang mas” padahal terdakwa mengetahui kalau Arief Muer Dika tidak
mempunyai uang karena terdakwa sudah mempunyai niat membunuh Arief Muer
Dika agar bisa di zodomi selanjutnya terdakwa menjatuhkan Arief Muer Dika ke bak
mandi besar yang airnya penuh (tandon air yang airnya penuh) sampai
tenggelam selama beberapa menit selanjutnya terdakwa angkat kemudian di
masukan ke bak tersebut lagi kemudian diangkat dan dibawa ke kamar terdakwa
selanjutnya dipaksa untuk melepas baju. Sekitar pukul 13.00 wib (Rabu tanggal 30
September 2015) selanjutnya terdakwa menggunting rambut Arief Muer Dika
dikamar kemudian Arief Muer Dika meminta bajunya untuk pulang akan tetapi tidak
boleh dengan alasan baju belum kering, selanjutnya terdakwa mau mensodomi Arief
Muer Dika, akan tetapi tidak mau dan berteriak dan menangis, selanjutnya terdakwa
mendorong Arief Muer Dika di atas kasur kemudian membekap dengan batal selama
7
± 5 menit, dan untuk memastikan Arief Muer Dika sudah mati terdakwa mencekik
dengan kedua tangan sampai mengeluarka darah di hidung, kemudian terdakwa
memukul dada sebelah kiri sebanyak satu kali dengan menggunakan kayu.
Setelah Arief Muer Dika meninggal dunia terdakwa memasukkan jari telunjuk
tangan kanan ke dubur mayat Arief Muer Dika dengan tujuan untuk merangsang
seksualitas, setelah alat kelaminnya tegang selanjutnya terdakwa memasukkan kayu
ke dubur mayat Arief Muer Dika dengan tujuan agar duburnya lebar, selanjutnya
terdakwa memasukkan alat kelaminnya ke dubur mayat Arief Muer Dika sampai
klimaks. Selanjutnya mayat Arief Muer Dika dimasukkan ke dalam karung plastik
dan juga terdakwa memasukkan kaos olahraga warna hijau kombinasi hitam
bertuliskan SD II Bulukerto dalam keadaan sobek menjadi dua bagian, celana dalam
abu-abu dalam keadaan sobek untuk mengelabuhi, selanjutnya memasukkan tas dan
pakaian Arief Muer Dika dalam karung yang berbeda.
Pada pukul 16.00 wib mayat di buang di jematan Soko, Bulurejo Kecamatan
Bulukerto Kabupaten wonogiri, di perjalanan bertemu dengan saksi Marimin dan
sempat bertanya “sing mbok gowo ki opo” (apa yang kmau bawa) dijawab terdakwa
“mendo mati” (kambing mati). Berdasarkan visum rumah sakit umum daerah Dr.
Moewardi dengan kesimpulan mekanisme kematian karena mati lemas yang
disebabkan oleh tekanan pada leher sehingga korban tidak dapat bernafas selain itu
ditemukan tanada kekerasan seksual yang ada di anus korban.

B. Permasalahan dalam Kasus


Pada kasus ini, terdakwa diduga mengidap penyakit mental yaitu paedofil dan
melakukan sodomi kepada korban setelah korban tewas. Akibat dari perbuatannya,
terdakwa merampas hak hidup, hak untuk terlindungi dari kekerasan dan kejahatan
seksual. Perbuatan terdakwa oleh pengadilan negeri wonogiri di vonis hukuman mati
kemudian terdakwa banding ke pengadilan tinggi semarang.

C. Analisis dan Pembahasan


1. Pelanggaran HAM dan Hak-hak yang Dilanggar
Pada kasus Riki Fajar Santoso, Arief Muer Dika jelas merupakan korban
kekerasan terhadap anak pada segi seksual yaitu paedofilia. Hal ini dibuktikan pada
kronologi kasus di atas Arier Muer Dika yang masih berumur 9 tahun mengalami
kekerasan seksual yang dilakukan oleh Riki Fajar Santoso tetangganya yang berumur
8
28 tahun. Perbuatan yang dilakukan Riki Fajar tergolong jenis Paedofil eklusif yang
mana korbannya adalah Arief Muer Dika yang masih berumur 9 tahun dan juga Riki
Fajar Santoso melakuakn sodomi terhadap korban. Sebelumnya, Riki Fajar Santoso
juga melakukan perbuatan cabul atau melecehkan sembilan (9) anak-anak untuk
mendapatkan gairah untuk alat kelaminnya agar ber-ereksi. Perbuatan Riki Fajar
Santoso terahadap Arief Muer Dika merupakan pelanggaran HAM yang diatur dalam
Pasal 65 UU No. 35 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Perbuatan Riki Fajar
Santoso bertentangan dengan Pasal 76D UU No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa “setiap orang dilarang
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain” dan juga melanggar hak anak yang
diatur menurut Pasal 15 poin f UU No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa “setiap anak berhak untuk
memperoleh perlindungan dari kejahatan seksual”. Hak anak dalam konstitusi juga
diatur yaitu Pasal 28B ayat (2) bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hisup,
tumbuh dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
a. Menghilangkan Nyawa
Sebelum melakukan kejahatan seksual terhadap Arief Muer Dika, Riki Fajar
Santoso terlebih dahulu menghilangkan nyawa Arief Muer Dika. Perbuatan tersebut
melanggar Hak untuk Hidup Arief Muer Dika dan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang HAM. Hak untuk hidup merupakan hak
mutlak setiap orang dan termasuk dalam kategori non-derogable right yaitu hak yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan telah dijamin dalam Pasal 28A
sampai Pasal 28I ayat (1) UUD 1945. Hak untuk hidup ini meliputi hak untuk hidup,
hak untuk mempertahankan hidup dan meningkatan taraf hidupnya, termasuk hak atas
hidup yang tentram, aman, damai bahagia, sejahtera lahir dan batin serta hak atas
lingkungan yang baik dan sehat. Hak untuk hidup telah tertuang dalam UUD tahun
1945 terutama Pasal 27 ayat (2), Pasal 28A, Pasal 28D, ayat (2), Pasal 28H.
implementasi perlindungan hak untuk hidup telah diatur dalam KUHP karena
menghilangkan nyawa merupak sutu tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam
Pasal 338 KUHP.

9
2.2.2 Kasus 2 Polri Telusuri Komunikasi Sultan
A. Gambaran Umum
Pada hari Kamis Tanggal 20 Oktober 2016 sekira jam 07.20 Wib, di Pos
Lalulintas Jl. Perintis Kemerdekaan Kota Tangerang telah terjadi penyerangan dan
penusukan kepada Kapolsek Tangerang KOMPOL. EFENDI, IPTU. BAMBANG
HARIYADI Danki Sat Sabhara, BRIPKA. SUKARDI anggota Gatur Sat Lalulintas
Restro Tangerang Kota, yang dilakukan oleh Sdr. Sultan Azianzah, Jakarta 16
November 1994, islam, alamat Lebak Wangi Rt. 04/03 Sepatan Kab. Tangerang. Hal
ini bermula ketika anggota lalulintas Aiptu. Agus Septiono, Bripka Sukardi, Iptu.
Bambang H, dan Iptu. Heru W A berada di dalam Pos lalulintas, tiba-tiba datang
pelaku (Sultan Azianzah anggota ISIS) kemudian pelaku dengan membawa sangkur
langsung menikam/menusuk Dada Kiri dan punggung belakang Iptu Bambang
Hariyadi, kemudian pelaku menyerang seacra membabi buta ke anggota lainnya dan
mengenai lengan kanan dan punggung (luka sobek) Bripka Sukardi.
Ipda. Suradi Kanit Patroli Polsek Tangerang yang melihat kejadian tersebut
memperingati pelaku dengan 3 kali tembakan ke arah atas, tetap tidak mengindahkan,
kemudian pelaku sempat melemparkan BOM ke dalam Pos Lalulintas sebanyak 1
buah BOM dan Kearah Iptu. Suradi 1 buah BOM, BOM sempat berasap namun tidak
meledak. Kemudian pelaku menempelkan stiker ISIS di Pos Lantas. Sekitar 5 menit
penyerangan, datang Kapolsek Tangerang Kompol Efendi yang pada saat sedang
melakukan pengamanan Unras menghampiri Ipda. Suradi dan menanyakan apa yang
terjadi, Ipda. Suradi sudah memperingati apa yang terjadi Kapolsek untuk berhati-
hati, namun Kompol Efendi memperingati pelaku dengan 2 kali tembakan peringatan
ke atas, namun pelaku tidak mengindahkan dan tetap menyerang Kompol Efendi.
Kemudian Kompol efendi menembak mata kaki sebelah kanan dan pergelangan
tangan kanan pelaku, namun pelaku tetap menikam/menusuk dada Kompol Efendi.
Brigadir. Samsul Arifin anggota Dikyasa Sat lantas, Aiptu. Agus Setiono anggota
Gatur sempat mau melempar pelaku dengan Bangku apabila mengahampirinya.
Pelaku ( Sdr. Sultan A ) dengan luka tembakan dipergelangang mata kaki dan
pergelangan tangan kanan dengan membawa sangkur dan Pipa ( diduga Bom ) masih
sempat berjalan kaki kearah Taman Bank BTN Cikokol Tangerang, sesampainya di
Taman pelaku sempat ditembak kaki / paha kanan dan kiri oleh Aipda. Yudi Kanit
Provos Polsek Tangerang, hingga kemudian terjatuh terlentang namun masih berusaha
bangun.

10
Kemudian pelaku segera di Borgol dan dibawa ke Rumah Sakit Umum kabupaten
Tangerang dengan menggunakan Mobil Dinas Dikyasa Sat Lantas Restro Tangerang
Kota, kemudian dirujuk ke RS. Soekanto Keramatjati Jakarta Timur. Namun, Sultan
Aziansyah tewas dalam perjalanan saat hendak dibawa ke Rumah Sakit Polri Said
Sukanto. Dari hasil penyidikan sementara, Sultan diketahui merupakan jaringan
Jamah Anshor Abduurrahman yang berafiliasi dengan sel teroris Pondok Pesantren
Tahfidz Al-Qur’an Anshorullah, pimpinan mendiang Ustadz Fauzan Al-Anshori.
Adapun barang bukti yang diamankan sebagi berikut :
1. Buah sajam jenis pisau
2. Buah Sajam jenis Badik
3. Buah Sarung sajam Badik
4. Buah Benda yang diduga Bom Pipa, yang terletak didalam Pos Lantas, Pinggir
Jalan dan Pinggir kali.
5. Tas warna hitam
6. Buah Sorban Putih
7. Buah Setiker yang menempel di Pos Lantas
8. KR R2 Honda Beat Warna Biru Putih No.pol B 6873 CUF

B. Permasalahan Dalam Kasus


Sultan Azianzah yang diduga anggota Isis dan terlibat jaringan Jamaah Anshor
Abduurrahman yang berafiliasi dengan sel teroris Pondok Pesantren Tahfidz Al-
Qur’an Anshorullah, pimpinan mendiang Ustadz Fauzan Al-Anshori. Sultan yang
secara tiba-tiba menyerang anggota polisi di Pos Lalulintas Tangerang dengan
menusuk menggunakan senjata tajam. Sultan Azianzah juga melemparkan BOM yang
sempat berasap tapi tidak meledak kepada Korban. Terhadap perbuatan pelaku
melanggar HAM dan merupakan tindak pidana berdasarkan Konvensi Internasional
mengenai Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris yang diadaptasi menjadi UU
No.5 Tahun 2006.
Kapolsek Efendi yang melihat kejadian tersebut, menembak pelaku dan dalam
perjalanan ke RS, pelaku Sultan Azianzah tewas. Karenanya demi hukum penyidikan
tersebut dihentikan.

11
C. Analisis dan Pembahasan
1. Teroris dan HAM
James Adam mendefinisikan bahwa terorisme adalah penggunaan atau ancaman
kekerasan fisik oleh individu atau kelompok tertentu untuk tujuan-tujuan politik atau
untuk kepentingan atau untuk melawan kekuasaan yang ada, dimana tindakan-
tindakan terorisme itu dimaksudkan untuk mengejutkan, melumpuhkan, atau
mengintimidasi suatu kelompok sasaran yang lebih besar daripada korban-korban
langsungnya.
Terorisme merupakan pelanggaran HAM. Padahal HAM adalah suatu hal yang
mengikat secara universal, bersifat absolut, pada diri manusia, melekat dalam diri
masing-masing individu sebagai suatu nilai yag tidak bisa dikurangi, menjadi jaminan
legal unuk melindungi individu dan kelompok dari tindakan-tindakan yang bisa
mengancam hak dasar tersebut. Secara formal, terorisme belum masuk ke dalam
kejahatan berat manusia, tetapi secara materiil memenuhi unsur-unsur kejahatan berat
HAM. Karena termasuk kejahatan umat manusia. MK memberi istilah terhadap aksi
terorisme sebagai kejahatan yang biasa yang sangat kejam. Terorisme tidak sama
denagn kejahatan genosida, kejahatan terhadap manusia, kejahatan perang, dan
kejahatan agresi. Mk sendiir mengakui bahwa putusan itu diambil karena belum ada
landasan yuridis bahwa kejahatan terorisme juga tersangkut paut dengan kejahatan
luar biasa.
Berdasarkan uraian diatas perbuatan Sultan Azianzah melanggar HAM. Sultan
Azianzah yang di duga merupakan anggota jaringan teroris dari Kelompok Jamaah
Anshar Daulah dan Jamaah Ansharut Khilafah pimpinan Aman Abdurrahaman. Aman
Abdurrahman yang merupakan ketua pendukung ISIS di tanah air. JAKDN (Jaringan
Anshar Daulah Khilafah Nusantara) terbentuk sekitar Maret 2015. Isinya adalah
mereka yang mendukung ISIS dan merupakan pemasok milisi ISIS Nusantara untuuk
berangkat ke Suriah. Hal ini terbukti bahwa setelah melukai korban di pos lalu lintas,
Sultan Azianzah menempel stiker ISIS. Sultan juga pernah membesuk Aman
ketika mendekam di lembaga pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa
Tengah, pada 2015.
Tindakan Sultan Azianzah yang melempar BOM yang sempat
mengeluarkan asap namun tidak meledak ke dalam Pos lalu lintas yang
didalamnya terdapat beberapa anggota polisi termasuk dalam ruang lingkup
teroris. Tindakan Sultan Azianzah yang tiba-tiba menikam anggota polisi
12
dengan senjata tajam melanggar hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal
28G ayat (1) UUD 1945 bahwa “setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari anca man
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu”. Lebih khusus lagi
perbuatan tersebut melanggar HAM yang diatur dalam Pasal 29 ayat (1) UU
No. 39 Tahun 2009 tentang HAM.

2.2.3 Kasus 3 Narkoba Dikendalikan Oknum Napi


A. Gambaran Umum
Pada hari senin, 17 Juli 2016, Satnarkoba Klaten menangkap pesta ganja di di
sebuah rumah, di Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten. Hal ini bermula dari
informasi warga setempat yang mengeluh bahwa dilokasi rumah Mandungan Desa
Wiro, Kecamatan Bayat, Klaten sering digunakan pesta narkoba. Polisi yang
mendapat laporan kemudian melakukan penyelidikan dan pemantauan ke lokasi. Dari
hasil tersebut, Polisi berhasil menangkap 4 pemuda yakni Suyaka alias Yoko (33),
Narimo alias Mogol (25), Ardeng Freda Aragea (24), dan Arga Irawan (22). Polisi
menemukan ganja kering hisap yang belum dipakai seberat 90,77 gram. Selain itu
satu paket ganja kering yang belum dipakai seberat 182,5 gram. Ttotal 273, 27 gram
ganja kering. Atas perbuatan empat tersangka tersebut dapat dijerat denga pasal
pasal 111 ayat (1) , pasal 132 ayat (1), dan 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI
nomor 35/2009, tentang Narkotika.
Kasus tersebut dikembangkan dan didapatkan pengedar narkoba dari pesta ganja
yang ada di Klaten. Pada tanggal 21 Juli Satnarkoba menangkap Suparyadi (29) di
Jalan Cokro-Tulung Desa Tegalrejo Kecamatan Polanharjo. Dari tangan tersangka
Yang merupakan warga Desa Jurug Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali
tersebut, disita barang bukti berupa ganja kering total 930 gram. Hasil pemeriksaan
ini, mereka dikendalikan oleh napi Lapas Sragen yang berinisial G. Napi G ini masih
menjalani hukuman di Lapas Sragen. Tersangka Suparyadi dapat dijerat dengan
Pasal 114 ayat (1) Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang RI nomor 35/2009 tentang
Narkotika.
Penangkapan terhadap pemakai narkoba kembali dilakukan Satnarkoba di rumah
Kontrakan Desa Keden Kecamatan Pedan pada 27 Juli. Petugas membekuk Agus
13
Suparyadi (35) warga desa Puluhan Kecamatan Trucuk dengan barang bukti 2,25
gram ganja kering. Menariknya, kasus pesta ganja di Bayat, pengedar warga Boyolali,
dan kasus Pedan dikendalikan oleh orang yg sama yaitu G, napi lapas Sragen.
Selain pengungkapan 3 kasus, Satnarkoba menerima pelimpahan kasus narkoba
yang melibatkan warga binaan Lapas Klaten. Kronologi kejadian bermula saat
seorang pengunjung, Tri Agus Purwoko (23) warga Desa Daleman Kecamatan Tulung
hendak mengunjungi Lapas Klaten untuk warga binaan SMO (39). Petugas merasa
curiga dengan barang bawaan yang dibawa Tri Agus. Dari pemeriksaan petugas,
ditemukan beberapa bungkusan rokok berisi 1,512 gram ganja kering, 1,08 gram sabu,
serta sejumlah pil (40 butir Riklona, 40 butir Algananx, 5 butir ekstasi). Selanjutnya
dilakukan penggeledahan di rumah tersangka Desa Daleman Kecamatn Tulung dan
ditemukan 50 butir Riklona serta 340 butir Alganax. Setelah dilakukan pendalaman,
hal ini disuruh oleh SMO penghuni Lapas Klaten. SMO sedang menjalani hukuman
karena tersandung kasus pencurian dengan kekerasan.

B. Permasalahan Dalam Kasus


Peredaran narkoba di Lapas semakin mengkhawatirkan. Dalam kasus ini,
seseorang yang berada di dalam Lapas masih bisa mengendalikan Peredaran Narkoba.
G yang masih berada dalam Lapas Sragen mengendalikan peredaran narkoba terhadap
3 kasus yang masing-masing di Bayat, Boyolali dan Pedan. Sedangkan Tri Agus yang
masih berada di dalam Lapas Klaten juga mengendalikan perdaran narkoba bagi
SMO. Presiden Joko Widodo menerapkan pidana mati terhadap Pengedar Narkoba,
dimana pidana mati selama ini bertentangan dengan HAM. Terhadap 4 pelaku yang
melakukan pesta ganja di Bayat dikenakan UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

C. Analisis dan Pembahasan


1. Penegakan Pidana Mati terhadap Pengedar Narkoba
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
peredaran gelap narkotika dan Prekursor Narkotika ialah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang
ditetapkan sebagai tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika. Pasal 38 UU
Narkotika lebih lanjut mengatur bahwa setiap kegiatan peredaran narkotika wajib
dilengkapi dengan dokumen yang sah. Karena itu, tanpa adanya dokumen yang sah,

14
peredaran narkotika dan prekursor narkotika tersebut dianggap sebagai peredaran
gelap.
Dalam rangka menimbulkan efek jera terhadap pelaku peredaran gelap
narkotika dan prekursor narkotika, UU Narkotika mengatur mengenai pemberatan
sanksi pidana, baik dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 20 (dua
puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, maupun pidana mati. Pemberatan
pidana tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada golongan, jenis, ukuran, dan
jumlah narkotika. Bagi pengedar narkotika, setidak tidaknya terdapat 6 Pasal dalam
UU Narkotika yang diancam dengan hukuman mati. Dalam hal kasus peredaran
gelap narkoba di Lapas dan Rutan, ketentuan pidana dalam UU Narkotika ini berlaku
baik bagi narapidana maupun petugas Lapas dan Rutan yang terbukti terlibat.
Berdasarkan uraian di atas G yang sebagai pengedar yang mengedarkan
narkoba kepada Suparyadi dan Agus Suparyadi melanggar Pasal 132 ayat (1) Pasal
114 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi “Dalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga)”. Dalam hal ini, G memiliki ganja yang termasuk dalam
Golongan I Narkoba yang totalnya 1,203 kg yang diedarkan kepada Suparyadi dan
Agus sehingga hakim dapat menjatuhkan pidana mati terhadap G.
Selain dari peraturan-peraturan tersebut, alasan dikenakannya pidana mati pada
pengedar narkoba bahwa narkoba yang mereka edarkan memakan korban tidak
pandang bulu, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan kakek-nenek. Karena
narkoba telah memakan korban yang jumlahnya besar, maka kejahatan ini bukanlah
kejahat biasa, melainkan termasuk dalam kejahatan Extra Ordinary Crime. Extra
Odinary Cime merupakan kejahatan luar biasa, yang mana merupakan pelanggaran
HAM berat. Extra Ordinary Crimes adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghilangkan hak asasi umat manusia lain, telah disepakati secara
internasional sebagai pelanggaran HAM berat yang berada dalam yuridiksi
International Criminal Court dan Statuta Roma, mendapatkan hukuman seberat-
15
beratnya termasuk hukuman mati bagi pelaku kejahatan tersebut. Pertimbangan lain
nya adalah seandainya pidana mati tidak diterapkan, dikhawatirkan perkembangan
jaringan sindikat pengedar narkotika tidak dapat dibatasi oleh karena peredaran gelap
narkotika dapat merusak tatanan masyarakat, merusak generasi muda, sehingga
adalah wajar apabila dijatuhi Pidana mati. Pidana mati sangat dibutuhkan dalam era
pembangunan terhadap mereka yang menghambat proses pembangunan,
mengedarkan narkotika dapat diartikan menghambat pembangunan oleh karena
sifatnya merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, masyarakat, bangsa dan negara serta ketahanan nasional Indonesia. Pidana
mati dijatuhkan oleh Keputusan Pengadilan.

2.2.4 Kasus 3 2 Pelajar SMA Perkosa ABG


A. Gambaran Umum
FM yang baru berusia 13 tahun dan duduk dibangku kelas IX SMP asal Kalijambe
diperkosa dua pelajar SMA BP berinisial DI (18 tahun) dan RA (19 tahun). Hal ini
bermula pada tanggal 30 oktober orangtua FM mencari anaknya yang dari pagi belum
pulang kerumah temannya yang berinisial DI di Gemolong. Dari keterangan DI,
mengatakan untuk mencoba mencari FM di rumah RA yang berada di Plupuh.
Akhirnya orangtua FM mendatangi rumah RA dan menginterogasi, RA sempat
mengaku bahwa mengajak main FM, akan tetapi RA sudah mengantar pulang FM di
pertigaan. Orangtua FM meminta RA untuk mengantar ke pertigaan yang dimaksud
dan pergi kerumah FM di Kalijambe.
Orangtua dari FM melakukan pelacakan dan ternyata RA berbohong,
kenyataannya bahwa FM berada di rumah RA. Warga yang berada dirumah korban
langsung menghajar pelaku. Pelaku DI dan RA kemudian dibawa Mapolsek
Kalijambe untuk diselidiki lebih lanjut lagi. Terhadap perbuatan DI dan RA yang
melakukan pemerkosaan kepada FM yang masih berumur 13 tahun dijerat Pasal 81
ayat (2) UU No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.

B. Permasalahan Dalam Kasus


FM yang masih berumur 13 tahun merupakan siswi kelas IX SMP asal Kalijambe
mengalami kekerasan seksual berupa pemerkosaan yang dilakukan oleh DI dan RA.

16
Pemerkosaan yang dilakukan DI dan RA melanggar hak asasi anak yang dilindungi
oleh negara.

C. Analisis Kasus
1. Pelanggaran HAM terhadap Korban Perkosaan Anak
Banyak kekerasan yang terjadi pada anak diantaranya adalah kekerasan fisik,
seksual, psikis, penelantaran, dan perdagangan (trafiking). Kekerasan fisik seperti
berupa tamparan, pemukulan berlebihan dan sebagainya yang biasanya dilakukan
oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kekerasan seksual bisa berupa
pemerkosaan, pencabulan, sodomi terhadap anak.
Kekerasan terhadap anak tidak hanya dialami oleh laki-laki tetapi juga
perempuan. Hidup bermasyarakat dengan peran gender perempuan membuat kaum
perempuan rentan terhadap berbagai tindakan dan perlakuan kekerasan yang bisa
berbentuk apa saja dan dimana saja. Sebagaimana yang tertuang dalam rekomendasi
Konvensi Eliminasi dari Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW) sebagai
berikut : “kekerasan diarahkan terhadap perempuan karena ia adalah seorang
perempuan atau dilakukan terhadap atau terjadi terhadap perempuan secara tidak
proporsional. Termasuk di dalamnya tindakan-tindakan tersebut, pemaksaan dan
mendukung kebebasan”. Kekerasan terhadap perempuan menurut Konvensi
Internasional adalah : “Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang
berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan
psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan, perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau
dalam kehidupan pribadi”
Perkosaan merendahkan martabat perempuan dan melanggar HAM. Dalam Pasal
1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang dimaksud dengan Pelanggaran Hak
Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun disengaja atau kelalaian yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak dapat
mendapatkan, atau dikhawatirkan, tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Berdasarkan uraian tersebut, FM (13) mengalami kekerasan seksual berupa
perkosaan yang dilakukan oleh DI (18) dan RA (19) dan terhadap perkosaan yang

17
dilakukan pelaku merupakan pelanggaran HAM berat berupa Kejahatn Terhadap
Manusia. KUHP merumuskan perkosaan terhadap anak yang diatur dalam Pasal 287
sebagai berikut : “barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
pernikahan, padahal diketahui atau sepatutnya di duga, bahwa umurnya belum lima
belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”.
Perkosaan yang dilakukan DI dan RA terhadap FM melanggar hak asasi anak.
Hak asasi anak yang merupakan hak asasi manusia dilindungi hak-haknya
sebagaimana yang didasarkan pada Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 bahwa “setiap
orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan hukum dari kekerasan dan diskriminasi”. Sebagai amanat konstitusi
tersebut, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur seluk-beluk
HAM yaitu, UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang dalam pasal-pasal nya ada
ayang mengatur tentang Perlindungan terhadap hak-hak anak.
Perbuatan yang dilakukan DI dan RA dalam penegakan hukum dikenakan Pasal
287 KUHP karena korban yang mana FM masih berumur 13 tahun, pelaku diancam
pidana penjara paling lama 9 tahun. Lebih khusus lagi perbutan perkosaan yang
dilakukan terhadap FM yang masih berumur 13 tahun dikenakan Pasal 76D jo Pasal
81 ayat (1) UU No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan terhadap UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Dimana dalam Pasal 76D bahwa “setiap orang
dilarang melakukan kekerasana atau ancaman kekerasan memaksa Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”. Sedangkan dalam Pasal 81 orang
yang melanggar Pasal 76D akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
tahun dan paling lama 15 tahu dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000 (lima
miliar rupiah).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perbuatan Riki Fajar Santoso yang terbukti merupakan pelaku paedofil dengan
mensodomi dan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Arief
Muer Dika (9 tahun) merupakan pelanggaran HAM karena melanggar hak anak untuk
terlindungi dari kejahatan seksual dan hak untuk hidup. Anak adalah manusia, dan
karenanya menghormati hak asasi anak sama halnya dengan menghormati hak asasi
manusia (HAM).

2. Perbuatan Sultan Azianzah yang melempar BOM ke dalam Pos lalulintas merupakan
tindak pidana teroris berdasarkan pasal 2 Konvenan Internasional mengenai
pemberantasan terorisme 1997 yang disahkan menjadi UU No. 5 Tahun 2006.
Terorisme merupakan tindak pidana yang melanggar HAM karena secara materiil
memenuhi unsur-unsur kejahatan berat HAM yang termasuk kejahatan umat manusia.
Terorisme dan perbuatan Sultan Azianzah yang menikam anggota polisi melanggar
hak asasi manusia yag diatur dalam Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 29 ayat
(1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

3. Perkosaan merupakan kekerasan seksual yang mana merupakan pelanggaran HAM


berat terhadap manusia. Perkosaan yang dialami FM melanggar hak asasi anak yang
diatur dalam Pasal 7 ICCPR, Pasal 28B UUD 1945, Pasal 65 UU No.39 Tahun 1999
tentang HAM, Pasal 2 UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Suryanegara, Herawati, “Paedofil-Kekerasan Pada Anak”,


https://stkippasundan.academia.edu/HerawatiSuryanegara (Diakses pada tanggal
3 April 2017 Pukul 07.45 WIB)
Arnaz Farouk, “senior Ji beberkan jamaah Anshar Khilafah pendukung ISIS di Indonesia”,
berita satu, http://www.beritasatu.com/nasional/337829-senior-ji-beberkanjamaah
-anshar-khilafahpendukung-isis-di-indonesia.html (diakses tanggal 3 April 2017 Pukul
11.21 WIB)
Efendi Masyur dan Sukman Taufan Evandri, 2010. “HAM, Dalam Dimensi/Dinamika
Yuridis, Sosial, Politik”, Bogor: Ghalia Indonesia
Indopress, “inilah Kronologi Lengkap penusukan di Tangerang Versi Polisi”,
http://indopress.id/inilahkronologi-lengkap-penusukan-di-tangerang-versi-polisi/
(Diakses tanggal 2 April 2017 Pukul 18.56 WIB)
Megawati Apriza, “Penegakan Hukum dan HAM dalam Menanggulangi Terorisme di
Indonesia”, jurnal intelijen http://jurnalintelijen.net/2015/12/17/penegakan
hukum-dan-ham-dalam-menanggulangi-terorisme-di-indonesia/ (Diakses tanggal 2
April 2017 Pukul 18.48 WIB)
Budi Endah Karyati, “1 bulan, Polres sita 1,2 kg Ganja”, diakses dari http://www.koran
sindo.com/news.php?r=6&n=50&date=2016-08-16 (Diakses pada tanggal 2 April 2017
Pukul 19.29 WIB)
Ferawati, “Kajian Hukum dan HAM Terhadap Penjatuhan Pidana Mati Bagi Terpidana
Narkotika”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol,4 No.3, 2015. Fakultas Hukum Universitas
Riau. Hal 146
Hamzah A, 1985. Pidana Mati di Indonesia di masa Lalu, Kini, dan Masa Depan, Jakarta:
Ghalian Indonesia
Lukman Nofik Hakim, “Pesta Ganja di Bayat, Polres Klaten Tangkap 4 Pemuda”, diakses
dari https://joglosemar.co/2016/07/pesta-ganja-bayat-polres-klaten-tangkapempat
pemuda.html ( Diakses pada tanggal 2 April 2017 Pukul 19.25 WIB)

20

Você também pode gostar