Você está na página 1de 12

METODE PENELITIAN

ETNOMETODOLOGI

DISUSUN OLEH :

PROGRAM MAGISTER (S-2) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2023
ETNOMETODOLOGI

A. Pengertian Etnometodologi

Etnometodologi adalah salah satu cabang ilmu sosiologi yang

mempelajari tentang berbagai upaya, langkah, dan penerapan pengetahuan

umum pada kelompok komunitas untuk menghasilkan dan mengenali subjek,

realitas, dan alur tindakan yang bisa dipahami bersama-sama (Kuper, 2000).

Neuman (1997) mengartikan etnometodologi sebagai keseluruhan

penemuan, metode, teori, suatu pandangan dunia. Pandangan etnometodologi

berasal dari kehidupan. Etnometodologi berusaha memaparkan realitas pada

tingkatan yang melebihi sosiologi, dan ini menjadikannya berbeda banyak dari

sosiologi dan psikologi. Etnometodologi memiliki batasan sebagai kajian akal

sehat, yakni kajian dari observasi penciptaan yang digunakan terus-menerus

dalam interaksi sosial dengan lingkungan yang sewajarnya.

Secara terminology, etnometodologi diterjemahkan sebagai sebuah

metode pengorganisasian masyarakat dengan melihat beberapa aspek

kebutuhan, diantaranya: pencerahan dan pemberdayaan. Etnometodologi

bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data,

melainkan menunjuk pada permasalahan apa yang akan diteliti. Etnometodologi

adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan

sehari-hari, metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari.

Etnometodologi merupakan rumpun penelitian kualitatif yang beranjak

dari paradigma fenomenologi. Ciri utama dari etnometodologi adalah ciri

“reflektif”nya, yang berarti bahwa cara orang bertindak dan mengatur struktur

1
sosialnya adalah sama dengan prosedur memberikan nilai terhadap struktur

tersebut.

B. Inti Etnometodologi

Etnometodologi merupakan suatu studi empiris tentang bagaimana orang

menanggapi pengalaman dunia sosialnya sehari-hari. Etnometodologi

mempelajari realitas sosial atas interaksi yang berlangsung sehari-hari.

Garfinkel tiga hal kunci dasar etnometodologi, yaitu :

1. Ada perbedaan antara ungkapan yang objektif dengan yang


diindikasikan
2. Refleksitas berbagai tindakan praktis.
3. Kemampuan menganalisis tindakan tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:37) etnometodologi tidaklah selalu

mengacu pada suatu model atau metode pengumpulan data pada saat peneliti

melakukan penelitian di lapangan, akan tetapi lebih merupakan arah kemana

problematika penelitian itu tertuju. Dengan demikian, etnometodologi mengacu

pada suatu studi mengenai bagaimana seseorang individu dalam suatu

komunitas bertindak dan bertingkah laku serta berusaha memahami kehidupan

sehari-hari aktor yang diteliti.

Dengan demikian, etnometodologi mengisyaratkan upaya

mendeskripsikan dan memahami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,

misalnya bagaimana pola interaksi, cara berpikir, perasaan mereka, dan cara

bicara mereka.

C. Mengenal Lebih Jauh Etnometodologi

Garfinkel melukiskan sasaran perhatian etnometodologi adalah realitas

objektif fakta sosial, fenomena fundamental sosiologi karena merupakan setiap

2
produk masyarakat setempat yang diciptakan dan diorganisir secara alamiah,

terus menerus, prestasi praktis, selalu, hanya, pasti dan menyeluruh, tanpa henti

dan peluang menghindar, menyembunyikan diri, melampaui atau menunda.

Garfinkel mememunculkan etnometodologi sebagai bentuk ketidak

setujuannya terhadap pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional selalu

dilengkapi asumsi, teori, proposisi, dan kategori yang membuat peneliti tidak

bebas didalam memahami kenyataan social menurut situasi dimana kenyataan

sosial tersebut berlangsung. Garfinkel sendiri mendefenisikan etnometodologi

sebagai penyelidikan atas ungkapan-ungkapan indeksikal dan tindakan-tindakan

praktis lainnya sebagai kesatuan penyelesaian yang sedang dilakukan dari

praktek-praktek kehidupan sehari-hari yang terorganisir.

Etnometodologi Grafinkel ditujukan untuk meneliti aturan interaksi sosial

sehari-hari yang berdasarkan akal sehat. Apa yang dimaksudkan dengan dunia

akal sehat adalah sesuatu yang biasanya diterima begitu saja, asumsi-asumsi

yang berada di baliknya dan arti yang dimengerti bersama. Inti dari etnometologi

Granfikel adalah mengungkapkan dunia akal sehat dari kehidupan sehari-hari.

Ada kesamaan antara metode yang digunakan Garfinkel dengan dengan

pemikiran Wittgenstein yang mengatakan bahwa pemahaman umum terdapat

dalam percakapan serta transaksi sosial sehari-hari. Etnometodologi di satu sisi

meneliti biografi dan maksud yang dikandung oleh aktor-aktor sosial dan di sisi

lain menganalisis pemahaman umum (common-sense). Sebagaimana yang

diungkapkan dalam karyanya Studies in Ethnometodology dia menunjukkan

bahwa:

3
1. Perbincangan sehari-hari secara umum memaparkan sesuatu yang lebih

memiliki makna daripada langsung kata-kata itu sendiri.

2. Perbincangan tersebut merupakan praduga konteks makna yang umum.

3. Pemahaman secara umum yang meyertai atau yang dihasilkan dari

perbincangan tersebut mengandung suatu proses penafsiran terus

menerus secara intersubjektif.

4. Transaksi dan peristiwa sehari-hari memiliki metodologi, terencana dan

rasional, sehingga dengan peristiwa tersebut seseorang akan memahami

ucapan orang lain melalui pemahaman aturan itu sesuai dengan kaidah-

kaidahnya.

Dalam prakteknya, etnometodogi Grafinkel menekankan pada kekuatan

pengamatan atau pendengaran dan eksperimen melalui simulasi. Pengamatan

atau pendengaran digunakan Grafinkel ketika melakukan penelitian pada sebuah

toko. Di sana Grafinkel mengamati setiap pembeli yang keluar dan masuk di toko

tersebut serta mendengar apa yang dipercakapkan orang-orang tersebut.

Sementata untuk eksperimen (simulasi), Grafinkel melakukan beberapa

latihan pada beberapa orang. Latihan ini terdiri dari beberapa sifat, yaitu

responsif, provokatif dan subersif. Pada latihan responsif yang ingin diungkap

adalah bagaimana seseorang menanggapi apa yang pernah dialaminya. Pada

latihan provokatif yang ingin diungkap adalah reaksi orang terhadap suatu situasi

atau bahasa. Sementara latihan subersif menekankan pada perubahan status

atau peran yang biasa dimainkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-

harinya. Pada latihan subersif, seseorang diminta untuk bertindak secara

berlainan dari apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

4
Latihan pertama (responsif) adalah meminta orang-orang tersebut

menuliskan apa yang pernah mereka dengar dari para familinya lalu membuat

tanggapannya. Latihan kedua (provokatif) dilakukan dengan meminta orang-

orang bercakap-cakap dengan lawannya dan memperhatikan setiap reaksi yang

diberikan oleh lawan mereka tersebut. Sementara latihan ketiga (subersif) adalah

menyuruh mahasiswanya untuk tinggal di rumah mereka masing-masing dengan

berprilaku sebagai seorang indekos. Lewat latihan-latihan ini orang menjadi

sadar akan kejadian sehari-hari yang tidak pernah disadarinya. Latihan ini adalah

strategi dari Grafinkel untuk mengungkapkan dunia akan sehat, sebuah dunia

yang dihidupi oleh masing-masing orang tanpa pernah mempertanyakan

mengapa hal tersebut harus terjadi sedemikian.

D. Tahapan Etnometodologi

1. Tahap pertama : Analisis Indeksikalitas

Pernahkah anda membaca indeks sebuah buku? Apa yang anda

harapkna? Tentu anda mengharapkan akan menemukan tema tertentu yang

anda cari di halaman belakang buku tersebut. Halam indeks biasanya akan

memberikan daftar panjang berbagai tema secara aldabetis dan

mengarahkan anda pada halaman tertentu di mana tema tersebut muncul

dalam buku. Jika kemudian anda menemukan penjelasan pada buku

tersebut tergantung pada konteks apa yang dbicarakan halaman yang satu

tidak selalu menjelaskan hal yang sama seperti pada halaman lain. Inilah

indeksikalitas.

Dalam kesaharian, kita layakanya buku dan melakukan hal serupaa. Kita

membuat indeks-indeks atau tema melalui ungkapan maupun bahas tubuh.

Etnometodologi memahami bahwa apa yag kita lakukan tidak mungkin lepas

5
dengan lingkungan sekitar kita, atau dengan kata lain, kita membutuhkan

persutujuan anggota kelompok kita untuk melakukan tindakan tertentu.

Misalnya, llazim bagi kita menggelengkan kepala untuk mengekspresikan

“tidak”, namun di komunitas india, menggelengkan kepala dimaknai dengan

“ya”. Adalah tugas pertama etnometodologi untuk mencari tema atau

ekspresi indeksikalitas ini. Pencarian tema dilandasi dengan asumsi bahwa

ungkapan atau utterance, sangat relative pada sang pengungkap dan

sangat dibatasi oleh waktu dan tempat.

Dalam tiga ungkapan di atas, indeks amplop memiliki arti yang berbeda

dalam tempat dan ruang yang berbeda. Indeksikalitas bukanlah fakta yang

objektif, namun subjektif pada ruang dan waktu adalah kegagalan dari sains

positivis.

2. Tahap kedua ; Analisis Refleksivitas

Setelah peneliti mengamati dan menemukan ekspresi indeksikalitas, ia

harus mampu meneelah refleksivitas dari ekspesii tersebut. Refleksivitas

yang dimaksud adalah “uninteresting essential reflexivity of account.

Kata yang menarik dan perlu digaris bawahu adalah uninteresting atau

tidak menarik. Sekilas jika kita membaca hal ini maka muncul sedikit

kejanggalan: jika tidak menarik mengapa kemudian perlu diteliti?

Jawabannya terletak pada kesadaran informan serta komunitas. Telah saya

jelaskan sebelumnya garfinkel sangat dipengaruhi pula oleh pemikiran

Huserl, penggagas fenomenologi. Disini Garnfinkel masih terbawa paradigm

Huserl bahwa realitas adalah bentukan kesadaran, namun kesadaran di sini

yang disorot Garnfinkel adalah justru ketidaksadaran.

6
Mari kita kembali ke contoh amplop tadi. Jika saya adalah pelaku

penerima amplop tunjangan Hari Raya (THR), maka saya tidak akan tertarik

untuk membahas dan memikirkan mengapa saya menganggap amplop

penting atau mengapa saya perlu untuk menerima amplop. Jika orang lain

adalah pelaku penerima suap, maka ia pun juga tidak akan tertarik untuk

mendiskusikan dan menjelaskan perilakunya. Seluruh aktivitas keseharian

yang dilakukan berada pada tataran praktis dan pragmatis. Merupakan tugas

etnometodologis untuk mengunggapkan hal-hal yang di anggap

pelaku/informan tidak menarik bagi pelaku/informan yang terjadinya suatu

aktivitas.

Etnometodologi harus mencari tahu bagaimana individu-individu, dalam

ketidaktertarikan mereka untuk membahas tindakan mereka, selalu

melakukan studi tentang apa yang terjadi disekitar mereka.

3. Tahap Ketiga : Analisis Aksi Konsektual

Tahap ketiga studi etnometodologi adalah mengungkapkan aktivitas

keseharian bersifat praktis yang dapat dikenali dan dapat dilaporkan.

Mahkota penelitian etnometodologi adalah suatu penjelasan tentang

keteraturan dan keterkaitan antara ekspresi indeksikalitas, rasionalisasi atas

ekspresi indeksikalitas dan akhirnya berakhir pada sebuah aksi

indeksikalitas. Sifat aksi yang dapat dikenali dan dapat dilaporkan inilah yang

menjadi bentuk akuntabilitas. Jadi, akuntabilitas di etnometodologi tidak sama

dengan konsep akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang kita kenal di

akuntansi. Aksi dalam etnometodologi selalu merujuk pada aksi

organaniztionaly demonstrable atau aksi organizational akibat interaksi antar

anggota kelompok/ komunitas/ organisasi.

7
Misalnya, di Bali sudah menjadi aktivitas rutin bahwa sembahyang

dengan melakukan persembahan dan pembakaran dupa diadakan di tokok-

toko, perempatan jalan, depan rumah dan jembatan. Seseorang yang telah

tinggal di Bali dan melakukan aktivitas ini tidak akan melihat hal ini sebagai

hal yang baru atau unik. Ia tidak menganggap aktivitas ini sebagai hal yang

perlu diperhatikan. Namun, jika aktivitas sembahyan ini dibawa ke Jawa,

maka ini akan terlihat dan terperhatikan, karena mayoritas masyarakat Jawa

tidak melakukan aktivitas tersebut.

4. Tahap keempat : penyajian Common Sense Knowledge of Sosial Structure.

Muara dari semua penelitian sosial adalah pemahaman pola struktur

sosial. Mengapa sumbangan taysakuran dalam budaya jawa dicatat?

Mengapa kecurangan akuntansi dilakukan berjamaah? Etnometodologi yang

dilakukan dengan baik akan memberikan gambaran tentang indeks-indeks

yang dilakukan dalam keseharian dan kesepakatan komunitas. Pemahaman

relasi indeks dan refleksivitas akan mengungkap aksi indeksikalitas yang

terbentuk, dan bagaimana aktivitas dilakukan. Akhirnya, pemahaman ini akan

mengarah pada budaya umum atau common culture.

Jelas bahwa aktivitas dalam praktik akuntansi juga dapat ditelaah melalui

etnometodologi. Pada akhirnya seorang etnometodologi mampu menjelaskan

bahwa aktivitas/ praktik akuntansi sebenarnya merupakan suatu norma yang

telah diasumsikan disetujui dan dipraktikkan semua anggota masyarakat.

Maksud dari common sense ialah sesuatu taken for granted ( yang dianggap

pasti).

8
a. Penjabaran Etnometodologi sebagai Metodelogi Riset Akuntansi

Ada suatu kesalahan umum dalam penjabaran metodologi yang

sedemikian sering dilakukan sehingga tidak lagi dianggap sebagai suatu

kesalahan. Ini mungkin sudah menjadi backround expectancies dari para peneliti.

Banyak dari mahasiswa yang saat menyajikan metodologi penelitian, terjebak

dalam pembahasan normative definitive tentang apa yang dimaksud dengan

paradigm, metode penelitian kualitatif dan lain-lain.

Dalam buku Ari kamayanti menyampaikan bahwa iya selalu meminta

mahaiswa menyajikan bab metode penelitian sebagai sebuah custom-made

method. Artinya seandainya metode penelitian tersebut dibaca oleh orang lain,

mereka hanya akan merelasikan metode penelitian dengan isu penelitian yang

sedang ditelaah. Sederhananya, pastikan bahwa metode penelitian anda tidak

akan dapat di copas oleh orang lain untuk penelitian mereka karena begitu

terikatnya pembahasan metodologi dengan isu penelitian anda. Ini yang ia

sebutkan sebagai embeddeedness between methodology and research issue.

Penyajian etnometodologi sebagai sebuah metodologi riset akuntansi

sebaiknya juga menggunakan rumus yang sama. Pastikan penyajian metodologi

anda unik dan hanya milik anda.

b. Melampaui Etnometodologi: Kritis, Posmdermis atau religious

Beberapa peneliti telah mengaitkan etnometodologi dengan cara pandang

kritis. Salah satunya adalah Freund & Abrams (1976). Mereka berpendapat

bahwa Marxsisme dan etnometodologi dapat diitegrasikan. Pada penjelasan

Freund & Abrams (1976) bahwa penelitian etnometodologi dapat berpihak dan

tidak netral dan bahwa dengan mengubah tujuan penelitian dari memahami

9
aktivitas keseharian menuju mengubah dunia, mengkonstruksi humanism baru,

maka etnometodologi kritis pun dapat dilakukan.

Jika etnometodologi interpretif berhenti pada pemahaman common sens

knowledge of sosial structure,maka etnometodologi kritis akan menganggap

keberadaan struktur sosial yang ditemui sebagai hasil supresi ideologi dominan.

Dalam kasus Freund & Abrams (1976), mereka menggunakan teori Marx tentang

kapitalisme dan menggap bahwa karena etnometodologi sebenarnya juga

merupakan kritik atas positivism, sinergi keduanya akan menghasilkan

metodologi yang lebih baik untuk melakukan perubahan melalui pemahaman

akan keseharian sebagai bentuk dominasi.

Etnometodologi yang menghasilkan pemahaman atas aktivitas

keseharian digunakan untuk melakukan dekonstruksi lain. Paradigm postmodern

menolak penunggalan atas kebenaran lalu melakukan dekonstruksi atau

redefinisi atas kebenaran tersebut. Jika hal ini di tarik ke tataran etnometodologi,

maka common sense knowledge of sosial structure yang dianggap mapan

tersebut ditantang kebenarannya. Bahkan etnometodologi postmodern bahkan

tidak akan menghasilkan sebuah pola common jika dengan mengakui pola

tersebut berarti mengakui penunggalan kebenaran.

Etnometodologi bahkan dapat diesktensi dalam paradigm religious.

Paradigm interpretif tidak mengambil kebenaran empiris berdasarkan proses

induktif. Paradigm interpretif tidak melakukan penghakiman apakah struktur

sosial baik atau buruk. Ia mengambil posisi netral. Paradigma kritis berkutat pada

perebutan materi, sehingga keadilan yang ada pada sebuah masyarakat diukur

dari distribusi materi.

10
Jika anda menggunakan etnometodologi religious, tentukan terlebih

dahulu nilai religious apa yang akan dijadikan dasar. Nilai terebut yang kemudian

menjadi koridor kbenaran pengetahuan yang kan dihasilkan. Ini bertolak

belakang dari penelitian induktif yang secara an sich menganggap data yang

diambil dari lapangan sebagai kebenaran. Bahkan anda berhak melakukan

kontruksi struktur sosial apabila struktur sosial yang ditemui tidak sesuai dengan

interprestasi anda akan wahyu llahiyah atas struktur sosial ideal.

11

Você também pode gostar