Você está na página 1de 11

Nama : Rizka Mailani Putri

CI : Ns. Nila Aprilla, M.Kep


Gerbong : KMB I NERS (12-15 Oktober 2020)
Kasus : Varicella
LAPORAN PENDAHULUAN VARICELLA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi

Varicella berasal dari bahasa latin. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar
air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.

Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster,
ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.

Varicella merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime
yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox
(Kapita Selekta, 2000).

Varicella atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang
kemudian mengandung cairan.

Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)

2. Etiologi

Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varisela
disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-
Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-
Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin
virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus
V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan
mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari
fibroblas paru embrio manusia.
3. Patofisiologi

Menyebar Hematogen.

Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar
dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam
bentuk Herpes Zoster.

Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak
terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh
yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan
mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada
kulit yang mengering akan terlepas.

Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang
lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan
diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.

Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui
kelenjar getah bening.

Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan
kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau
sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air
lebih dini.

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90%


kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit
ini tidak begitu berat.

Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang
dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15
tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala
varisela semakin bertambah berat.
WOC Varisela
4. Manifestasi klinis

 Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.


 Pusing.
 Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
 Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang
terangkat karena terbakar).
 Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.

Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak
enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian,
muncul erupsi kulit yang khas.Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik
berwarna kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil
pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan
jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak
terjadi infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

1. Tzank smear

 Preparat di ambil dari dicreaping dasar fesikel yang masih baru. Kemudian di warnai
dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, giemsa’s, wright’s, toluidine blue
ataupun papanicolaous’s. Dengan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cell.
 Pemeriksaan ini sensifitasnya sekitar 84%
 Tes ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus.

2. Direct Flourescent Assay (DFA)

 Preparat di ambil dari scraping dasar fesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
 Hasil pemeriksaan cepat.
 Membutuhkan mikroskop fluorecence.
 Tes ini dapat menemukan antigen virus varisella.
 Pemeriksaan ini dapat membedakan antara varisella zoster virus dengan herpes
simpleks virus.
3. Polymerase chain rection (PCR)

 Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sensitif.


 Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
fesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat
dan CSF.
 Sensitfitasnya 97-100%.
 Tes ini dapat menemukan nucleus acid dari virus varisella zoster.

4. Biopsi kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak fesikel intra epidermal dengan degenerasi


sel epidermal dan acantholytis. Pada dermis bagian atas di jumpai adanya
lymphocylic infiltrate.

6. Penatalaksanaan

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus
selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi
masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu
ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul
jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.

Umum

1. Isolasi untuk mencegah penularan.


2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
 Jangan menggaruk vesikel.
 Kuku jangan dibiarkan panjang.
 Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan
digosok.

Farmakoterapi

1. Antivirus dan Asiklovir

Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau
penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. Antipiretik dan untuk menurunkan demam


 Parasetamol atau ibuprofen.
 Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus
(termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu
Syndrom Reye.

3. Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.


4. Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
5. Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).

Pencegahan :

1. Hindari kontak dengan penderita.


2. Tingkatkan daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin Varicella Zoster
 Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila
diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
 Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa
saat sebelum atau sesudah melahirkan.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan varicella antara lain :

Komplikasi Tersering secara umum :

 Pnemonia
 Kelainan ginjal.
 Ensefalitis.
 Meningitis.

Komplikasi yang langka :

 Radang sumsum tulang.


 Kegagalan hati.
 Hepatitis.
 Sindrom Reye.

Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit,
sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang pari-paru
atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.

Data Objektif :

a. Integumen : kulit hangat, pucat,adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi
cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.


2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
4. Defisit nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.
5. Defisit pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

3. Intervensi / Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan .1

Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

Intervensi

 Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang
kontak dnegan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko
infeksi.
 Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan kulit.
Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.
 Awasi atau batasi pengunjung bila perlu. Rasional : mencegah kontaminasi silang dari
pengunjung.
 Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi. Rasional : rambut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
 Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh). Rasional :
meningkatkan penyembuhan.
 Awasi tanda vital. Rasional : Indikator terjadinya infeksi.
Diagnosa Keperawatan. 2

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.

Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.

Intervensi

 Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. Rasional : mengetahui keadaan
integritas kulit.
 Berikan perawatan kulit. Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.

Diagnosa Keperawatan. 3

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.

Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.

Intervensi

 Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini. Rasional :


memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
 Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan. Rasional : memfasilitasi dengan
memanfaatkan keletihan.

Diagnosa Keperawatan. 4

Defisit nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.

Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.

Intervensi

 Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : membantu mencegah distensi gaster/
ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
 Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa
makanan dari rumah yang tepat. Rasional : meningkatkan partisipasi dalam perawatan
dan dapat memperbaiki pemasukan.

Diagnosa keperawatan. 5

Defisit pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Intervensi
 Diskusikan perawatan erupsi pada kulit. Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan
diri dan menngkatkan kemandirian.

4. Implementasi

Diagnosa Keperawatan. 1

 Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang
kontak dengan pasien.
 Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
 Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.
 Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
 Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
 Mengawasi tanda vital.

Diagnosa Keperawatan. 2

 Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.


 Memberikan perawatan kulit.

Diagnosa Keperawatan. 3

 Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.


 Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

Diagnosa Keperawatan. 4

 Memberikan makanan sedikit tapi sering.


 Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk
membawa makanan dari rumah yang tepat.

Diagnosa Keperawatan. 5

 Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

5. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Djuanda, Ardhi, dkk. (1999). Ilmu Penyakit Kelamin. FKUI : Indonesia.

Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Indonesia.

PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.

Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7

Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html

Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl

Você também pode gostar