Você está na página 1de 15

MAKALAH FILSAFAT ILMU

DASAR-DASAR AKSIOLOGI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu
Dosen pengampu: Actobi Ghazali .M.A

Disusun oleh :
Moh.Khalil 11210380000058
Najwa Kamila 11210380000058

UNIVERSITAS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI ILMU TASAWUF
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapakan kepada
kehadirat Allah SWT yang Mahacahaya, karena berkat limpahan rahmat dan nikmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kami.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda nabi kita Muhammad SAW
yang sudah mengangkat kita dari dunia kejahiliyaan menuju dunia yang terang benderang
(an-nur). dan juga kepada seluruh keluarganya dan para sahabatnya yang diibaratkan seperti
bintang yang bercahaya .

kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini
bapak Actobi Ghazali M.A karena berkat bimbingan beliau sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ dasar-dasar aksiologi “.

Dan juga kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini
meskipun makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih kesalahan baik secara
penulisan ataupun yang lainnya yang harus dikoleksi lagi. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami butuhkan supaya pembuatan makalah ini menuju kesempurnaan.

Semoga makalah ini menjadi sarana pengetahuan bagi semua orang yang sudah
membaca yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Ciputat 3 Mei 2022

2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
LATAR BELAKANG..........................................................................................................................4
A. Latar belakang............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. Aksiologi Ilmu............................................................................................................................7
B. Hakikat Aksiologi Ilmu...............................................................................................................8
C. Landasan Aksiologi...................................................................................................................10
D. Ilmu Dan Moral........................................................................................................................11
E. Tanggung jawab ilmuwan........................................................................................................12
F. Kegunaan Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan......................................................12
G. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu....................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16

3
BAB I

LATAR BELAKANG
A. Latar belakang

Kita adalah makhluk tuhan yang mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk


ciptaan yang lain karena kita diberikan akal oleh tuhan sebagai sarana pertimbangan
dalam apa yang kita lakukan. Pada saat kita tumbuh berkembang dari anak-anak sampai
dewasa kita mencari pengetahuan yang mana pengetahuan itu gunanya untuk
membandingkan mana yang baik mana yang buruk baik pendidikan formal dari SD
sampai bangku kuliah ataupun sekolah non formal seperti madrasah dan yang lainnya.
Usaha untuk mendapatkan pengetahuan yang baik inilah yang menjadi usaha untuk
mencapai sebuah kebaikan. Menurut Jujun S, Suriasumantri (1990) ilmu merupakan
pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan
dan perguruan tinggi. Sehingga ilmu yang kita dapat setelah melalui tahapan pendidikan
menjadi alat untuk memperbaharui hidup, mencapai suatu keinginan dan membawa
ketujuan hidup yaitu kebahagiaan.
Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat netral karena ilmu tidak mengenal
sifat baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri tetapi tergantung pada orang yang
memiliki ilmu tersebut, bagaimana dia memanfaatkan ilmu yang telah didapatkannya dan
bergunakah ilmu yang telah dipelajarinya untuk kehidupan sosialnya. Dalam hal ini ilmu
yang berkaitan dengan kegunaannya akan di bahas dalam kajian filsafat yang ketiga yaitu
aksiologi. Karena, pada hakikatnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia
dengan memperhatikan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Artinya pada tahap-tahap tertentu
kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
4
1. apa yang dimaksud dengan aksiologi ilmu ?
2. apa dasar-dasar aksilogi ilmu ?
3. apa hubungan ilmu dengan moral ?
4. apa tanggung jawab seorang ilmuan?
5. apa kegunaan aksiologi dengan filsafat ilmu ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui definisi aksiologi

2. untuk mengetahui dasar-dasar aksiologi

3. untuk mengetahui apa hubungan ilmu dan moral

4. mengetahui tanggung jawab seorang ilmuan

5. untuk mengetahui kegunaan aksiologi dengan filsafat ilmu

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aksiologi Ilmu
Secara etimologi Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata “Axios”
berarti nilai, dan “Logos” yang berarti ilmu atau teori. Jadi Aksiologi artinya teori tentang
nilai. Teori yang membahas tentang hakekat nilai karena itu aksiologi disebut juga Filsafat
Nilai. Persoalan tentang nilai apabila dibahas secara filsafat, maka akan lebih memperhatikan
persoalan tentang sumber nilai.1 Sedangkan pengertian aksiologi menurut Jujun S.
Suriasumantri adalah teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.2
Aksiologi ilmu adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di
jalan yang baik pula.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
yang menimbulkan bencana.3
Menurut pendapat Louis Kattsoff, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan
dan menurut Barneld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai,
menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah
laku manusia

1
Josef M Monteiro, H.H., M.H, Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Membentuk Karakter
Bangsa , hlm. 24.
2
Jujun S. Suriasuantrim, Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 1998)
3
Historian rock, “Definisi Aksiologi dan Ontologi”. Jum'at, 13 mei 2016.

6
B. Hakikat Aksiologi Ilmu
Hakikat ilmu dipandang dari sudut pandang aksiologi adalah cara kengunaan atau
pemanfaatan pengetahuan . Dasar dalam keilmuan tersebut digunakan atau
dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. Dsar moral yang terkandung
didalamnya ditunjukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan tetap
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan atau kelestarian
alam lewat pemanfaatan ilmu pengetahuan ilmiah secara komunal dan universal.
Aksiologi ilmu adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan4. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau
kenyataan itu sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi kawasan, seperti kawasan
sosial, kawasan fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan
aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa
yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak.
Dalam pengertian yang lebih sempit seperti: baik, menarik dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata
benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan
dari suatu yang lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah
bagian dari etika.
b. Nilai sebagai kata benda konkret.
Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk
merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia.
Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana
berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan
dinilai.

4
Louis Kattsoff: 1992. Pengantar Filsafat Ilmu h,.101
7
Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif
digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa
berarti menghargai dan mengevaluasi.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material5.
Berikut merupakan beberapa pendapat mengenai definisi aksiologi :
a. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang di peroleh6.
b. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak
ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian,
serta penerapan ilmu.
c. Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berikut.
Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang
tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori
mengenai tindakan baik secara moral.
d. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu
etika dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang
membicarakan perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai
dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
e. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki
hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

Menurut Bramel aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :


a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu
etika.
b. Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.

5
Koento, 2003: 13 Dasar-dasar filsafat ,. H 50
6
Suriasumantri. flsafat ilmu sebuah pengantar populer..h 150

8
c. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Dalam aksiologi adadua komponen mendasar. Yakni etika dan estetika
1. etika
Etika merupakan sebuah cabang aksiologi yang membicarakan tentang masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku,norma, dan adat istiadat yang berlaku pada
komonitas tertentu. Dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku dengan penuh tanggung
jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam ataupun terhadap tuhan yang maha pencipta7 .
2. estetika
Estetika merupakan sebuah bidang yang membicarakan tentang nilai keindahan.
Keindahan mengandung artibahwa di dalam segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata
secara harmonis dan tertib dalamkesatuan hubungan yang menyeluruh. Mksudnya adalah
suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras malainkan harus juga mempunyai
kepribadian8.

C. Landasan Aksiologi
Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan
kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat, untuk kepentingan
manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal
dan universal.
Dagobert Runes (1963 : 32) mengemukakan beberapa persoalan dengan nilai yang
mencakup : hakikat nilai, tipe nilai, criteria nilai, dan status metafisika nilai.
a. Hakikat Nilai
K. Bertens (2007:142) berpendapat, bahwa hakikat dari nilai-nilai, yaitu :
1) Nilai berasal dari kehendak: voluntarisme.
2) Nilai berasal dari kesenangan: Hedonisme
3) Nilai berasal dari kepentingan. (Perry)
4) Nilai berasal dari hal yg lebih disukai (preference). Martineau.
7
Warsito,Loekisno Choiril,dkk. Pengantar filsafat (surabaya; UIN sunan ampel Prees, 2013),94
8
Warsito,Loekisno Choiril,dkk. Pengantar filsafat (surabaya; UIN sunan ampel Prees, 2013),96

9
5) Nilai berasal dari kehendak rasio murni. (I.Kant).
b. Tipe nilai
Tipe nilai dapat dibedakan antara lain intrinsik dan nilai instrumental. Nilai
intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai instrumental
merupakan alat untuk mencapai nilai intrinsik.
Sebagai contoh nilai intrinsik adalah nilai yang dipancarkan oleh suatu
lukisan, dan shalat lima waktu merupakan nilai intrinsik dan merupakan suatu
perbuatan yang sangat luhur. Nilai instrumentalnya bahwa dengan melaksanakan
shalat akan mencegah perbuatan yang keji/jahat yang dilarang oleh Allah dan tujuan
akhirnya mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
c. Kriteria nilai
Kriteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran nilai, bagaimana nilai yang
baik, dan bagaimana nilai yang tidak baik. Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek
psikologis dan logis.
1) Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang
dijabarkan oleh individu atau masyarakat.
2) Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
3) Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolak ukur
d. Status Metafisika Nilai
Metafisik nilai adalah bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan realitas dan
dibagi menjadi tiga bagian :
1) Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman manusia.
2) Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau subsistensi, bebas
dari keberadaannya yang dikenal.
3) Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat integral,
objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. (misalnya: theisme).

D. Ilmu Dan Moral


Bertrand russell menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap
kontemplasi ke manepulasi. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul
kembali namun dalam kaitan dengan faktor lain. Dalam tahap kontemplasi masalah moral
berkaitan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral
berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafat ini dikatakan,

10
dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah yang ditinjau dari segi ontologi
keilmuan, sedangkan dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari
aksiologi keilmuan.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi akses ilmu dan tekhnologi
yang bersifat merusak ini para ilmuan terbagi menjadi dua golongan pendapat ;

1. pendapat pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik
itu baik secara ontologis ataupun secara aksiologis

2. pendapat kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas
pada metafisik keilmuan.

E. Tanggung jawab ilmuwan


Ilmu sejak tahap awal sudah dikaitkan dengan tujuan tertentu. Ilmu tidak saja
digunakan untuk menguasai alam melainkan juga memerangi umat manusia atau menguasai
manusia. Sebagai ilmuwan, tidaklah terlepas dari hakikat ilmu. Sikap sosial ilmuwan harus
selalu konsisten dalam proses penelaahan ilmu yang dilakukan. Beberapa sikap sosial yang
mungkin diterapkan ilmuwan sebagai cermin tanggungjawab sosial antara lain:

1. Menjelaskan semua masalah yang tidak diketahui masyarakat dengan bahasa yang mudah
dicerna.

2. Memengaruhi opini dalam rangka memunculkan masalah penting untuk segera


dipecahkan.

3. Meramalkan apa yang terjadi dengan sebuah fenomena.

4. Menemukan alternatif objek permasalahan yang menjadi pusat perhatian.

5. Di bidang etika, ilmuwan tidak hanya memberikan informasi tapi juga memberikan
contoh9.

F. Kegunaan Aksiologi terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan


Berkaitan dengan nilai guna ilmu, baik itu umum maupun agama, tak dapat dibantah
lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi semua umat manusia. Dengan ilmu,
seseorang dapat mengubah wajah dunia. Terkait hal ini, menurut Francis Bacon seperti

9
Suriasumantri. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer.,h 152

11
dikutip Jujun S. Suriasumantri, bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan”. Apakah kekuasaan
itu merupakan berkah atau justru menjadi malapetaka bagi umat manusia. Untuk mengetahui
kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan untuk memahami dan mereaksikan dunia
pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan, sistem ekonomi
atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan
mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

G. Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu.

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang kala bersifat subyektif. Dikatakan objektif jika
nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolok ukur suatu
gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran
tidak bergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas
fakta. Sebaliknya menjadi subjektif apabila subjek berperan dalam memberikan penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolok ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan
yang akan mengarah pada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang (Zamroni,
2009).

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang
membedakan antara pernyataan ilmiah dan anggapan umum terletak pada objektivitasnya.
Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran
yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam
menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika
seorang ilmuwan bekerja, dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, tidak
terikat pada nilai subjektif (Zamroni, 2009).

12
2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Dalam hal ini, semua teori ajarannya diterima
kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup
digunakan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam pemecahan masalah. Dalam hidup ini kita menghadapi
banyak tantangan dan masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap kali keluar dari pintu itu
kaki selalu tersandung maka dapat diasumsikan bahwa batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani dengan lebih enak bila masalah-masalah itu dapat segera diselesaikan. Ada banyak
cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara paling sederhana sampai yang paling rumit. Bila
cara yang digunakan sangat sederhana, maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas. Penyelesaian masalah yang detail biasanya dapat mengungkap semua masalah yang
berkembang dalam kehidupan manusia.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Aksiologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Secara etimilogi aksiologi
berasal dari kata yunani, yaitu axios dan logos yang berarti ilmu tentang nilai atau juga
disebut sebagai filsafat nilai. Jadi dalam dataran aksiologi membahas tentang nilai sebuah
ilmu pengetahuan. dalam aksiologi ilmu yang dipertanyakan adalah apa mamfaat ilmu itu
sendiri atau apa kegunaan ilmu itu sendiri.

Dalam buku jujun s. Sumantri aksiologi sangat erat hubungannya dengan moral
karena memang aksiologi memnahas tetang teori nilai itu sendiri. Jadi untuk mengetahui
sebuah kegunaan dan manfaat suatu pengetahuan maka moral tidak bisa lepas dari
pembahasan ini. Jadi aksiologi tidak berbicara tentang asal ilmu itu sendiri melainkan
membahas penerapan dan kegunaan sebuah ilmu pengetahuan.

Kaitan antara aksiologi dengan filsafat ilmu adalah nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai.

Aksiologi membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di
pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma nilai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Josef M Monteiro, H.H., M.H, Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Membentuk


Karakter Bangsa , hlm. 24.
Jujun S. Suriasuantrim, Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 1998)
Historian rock, “Definisi Aksiologi dan Ontologi”. Jum'at, 13 mei 2016.
Louis Kattsoff: 1992. Pengantar Filsafat Ilmu h,.101
Koento, 2003: 13 Dasar-dasar filsafat ,. H 50
Suriasumantri. flsafat ilmu sebuah pengantar populer..h 150

15

Você também pode gostar